ITS News

Kamis, 14 November 2024
11 Oktober 2023, 15:10

ISOCEEN 2023: Teknologi Mitigasi Tsunami dan Ekonomi Berkelanjutan Perairan

Oleh : itssil | | Source : ITS Online

International Seminar on Ocean and Coastal Engineering, Environmental, and Natural Disaster Management (ISOCEEN) 2023 yang berlangsung di Hotel Swiss Belinn Manyar, Surabaya

Kampus ITS, ITS News — Kembali digelar, International Seminar on Ocean and Coastal Engineering, Environmental, and Natural Disaster Management (ISOCEEN) 2023 menyoroti usaha mengurangi dampak kerusakan akibat terpaan bencana tsunami. Acara tahunan Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini juga membahas ekonomi berkelanjutan di daerah perairan.

Mengawali seminar ISOCEEN 2023, Profesor Tohoku University, Prof Dr Eng Hitoshi Tanaka memperkenalkan teknologi kanal paralel pantai untuk meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan pasca tsunami. “Kanal paralel pantai ini didesain dengan simulasi numerikal model dua dimensi dan telah diterapkan di pantai teluk Sendai,” terangnya dalam presentasinya.

Perencanaan mitigasi tsunami yang dilakukan Kota Sendai tersebut menerapkan pertahanan garis tunggal, tetapi dapat menghasilkan pertahanan ganda. Keefektifannya terlihat melalui perbandingan kerusakan teluk Sendai dengan kanal lebih kecil bila dibandingkan dengan Sungai Abukuma tanpa kanal.

Prof Dr Eng Hitoshi Tanaka mempresentasikan inovasi kanal paralel pantai yang diimplementasikan di teluk Sendai

Adanya kanal paralel pantai mampu memperlambat waktu kedatangan tsunami karena muka air tsunami akan turun di belakang kanal serta luas dan volume genangan pun berkurang. “Kanal dinilai lebih efektif mengurangi dampak tsunami jika meninggikan tanggul dibandingkan harus memperlebar saluran,” terang professor peraih medali emas di The Taisei Foundation Award tersebut.

Lebih lanjut, Prof Nguyen Trung Viet Phd dari Thuy Loi University juga memaparkan model numerik yang dapat digunakan sebagai pencegahan bencana pesisir. Profesor asal Vietnam ini mengembangkan solusi analitik baru, yaitu Empirical Orthogonal Function  (EOF) untuk mempelajari pembentukan dan deformasi delta sungai dengan garis pantai yang terbatas.

Prof Nguyen Trung Viet PhD menjelaskan model numerik pendekatan analisis big data

Nguyen menambahkan, analisis big data tersebut dapat digunakan menganalisis data evolusi garis pantai untuk menentukan karakteristik fluktuasi melalui fungsi eigen spasial dan temporal. Pengembangan sistem model ini bisa menilai dan memperkirakan perubahan morfologi tindakan penanggulangan untuk menstabilkan pantai di Vietnam.

Namun, model EOF masih memiliki kekurangan seperti beberapa data akan hilang saat berhadapan dengan cuaca ekstrem sehingga harus menggunakan data tahun sebelumnya sebagai acuan asumsi. Maka dari itu, Nguyen mengusulkan model lain, yaitu Seasonal Auto-Regressive Integrated Moving Average with eXogenous factors (SARIMAX) dan Long Short-Term Memory (LSTM).

Lebih dalam, SARIMAX memiliki nilai prediksi lebih akurat tetapi gagal memprediksi guncangan garis pantai selama periode pengujian. Sementara, LSTM mampu menyajikan kemampuan prediksi terbaik di antara model lainnya karena kurva peramalan bertepatan dengan kurva yang telah diukur.

Ir Suharyanto MSc juga saat sesi diskusi mengenai Marine Spatial Planning (MSP)

Pada kesempatan yang sama, seminar internasional yang dihelat langsung di Hotel Swiss Belinn Manyar, Surabaya ini juga menggalakkan ekonomi berkelanjutan di perairan. Materi yang dibawakan oleh dosen Departemen Teknik Kelautan ITS, Ir Suharyanto MSc ini membahas lebih dalam mengenai Marine Spatial Planning (MSP).

MSP merupakan undang-undang kelautan Indonesia yang mengatur tata kelola ruang laut agar dalam pemanfaatan potensi sumber dayanya tetap memperhatikan keseimbangan ekologi, sosial, maupun ekonomi. Dokumen ini berisikan rencana struktur ruang laut, pola tata ruang laut, dan jalur migrasi biota laut. “Kerangka aturan yang kuat ini akan menciptakan ekonomi berkelanjutan tanpa degradasi ekosistem,” tutup Direktur Perencanaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini. (*)

 

Reporter: Silvita Pramadani
Redaktur: Frecia Elrivia Mardianto

Berita Terkait