Surabaya, ITS News – Para pegiat usaha makanan sering kali memutar otak ketika terjadi lonjakan harga bawang. Untuk itu, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menawarkan solusi sekaligus pendampingan berupa modifikasi olahan produk bawang kepada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kelurahan Keputih.
Tim KKN Abmas dari Departemen Kimia ini ingin para UMKM makanan dapat terus menjalankan bisnisnya ketika harga bawang sedang tidak bersahabat. Pasalnya, ketika harga bawang turun, UMKM yang menjadikan bawang sebagai bumbu utama masakan tentu tidak bisa menimbun maupun menyetok bawang dengan waktu yang lama. Maka dari itu, dibutuhkan substitusi olahan produk dengan kualitas yang sama.
Dosen pembimbing abmas, Dr Afifah Rosyidah MSi mengungkapkan, melalui pendampingan dan sosialisasi, tim KKN Abmas ITS berhasil melahirkan beragam produk inovasi. Produk-produk ini dibuat juga sekaligus menambah daya tahan akan pembusukan bawang-bawang itu sendiri.
Beberapa macam produk tersebut di antaranya seperti, pasta bawang, minyak bawang, bubuk bawang, bawang goreng aneka rasa, acar bawang, dll. “Bahkan, tim ini juga sukses membuat black garlic yang terkenal khasiatnya dan produk olahan bukan makanan yakni, biopestisida,” sebutnya.
Selanjutnya Afifah menerangkan, pelatihan dan pendampingan yang digalakkan oleh tim yang terdiri dari 13 mahasiswa dan tiga dosen ini berlangsung sejak bulan Juni hingga September lalu kepada 15 UKM. Rangkaian kegiatan Abmas juga berlangsung hampir setiap minggu dengan berbagai tahapan. “Bentuk utamanya adalah pelatihan dan pendampingan, tetapi kita juga memfasilitasi pembelian alat dan bahan agar mereka bisa produksi mandiri,” tambahnya.
Tak hanya fokus pada UMKM, tim abmas juga melibatkan remaja karang taruna sekitar agar inovasi terus berlanjut. Respon dan antusiasme dari warga yang sangat baik turut menyukseskan kegiatan KKN ini meski dalam pelaksanaannya terdapat kendala waktu pendampingan.
Ia berharap, setelah KKN terlaksana, pelaku usaha dapat menambah penghasilan keluarga dengan membuat serta menjual produk olahan bawang dan mengaplikasikannya ke dalam makanan yang mereka jual. “Keberlangsungan UMKM jangan berhenti hanya karena mahalnya bahan baku. Jangan sampai malah melakukan kecurangan atau kurang memperhatikan bahan kurang sehat,” pungkas Afifah penuh harap. (*)
Reporter : ion4/Fathia Rahmanisa Dzakiyyarani.
Redaktur : Fatima Az Zahra
Kampus ITS, Opini — Tamu baru telah hadir mengetuk setiap pintu rumah, ialah 2025. Seluruh dunia menyambutnya dengan penuh
Kampus ITS, Opini — Pemerintah berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelas persen menjadi 12 persen mulai
Kampus ITS, ITS News — Metode pengusiran hama konvensional menggunakan kaleng tidak lagi relevan dan optimal. Merespons permasalahan tersebut,
Kampus ITS, ITS News — Panel surya yang umumnya diletakkan di bagian atap bangunan menyebabkan posisinya sulit dijangkau untuk dibersihkan.