Kampus ITS, ITS News — Perkembangan zaman semakin menggerus budaya asli bangsa, tak terkecuali kelangsungan rumah adat. Menyadari urgensi pelestarian rumah adat, Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) pemetaan serta pendokumentasian arsitektur rumah adat Madura, Taneyan Lanjhang.
Ketua tim KKN Abmas, DrEng Didit Novianto ST MEng menuturkan bahwasanya perkembangan zaman telah mengubah gaya hidup serta kondisi masyarakat, tak terkecuali Desa Alang-Alang, Kecamatan Tragah, Bangkalan. Perkembangan zaman yang bergerak ke era modern ini menurunkan kesadaran masyarakat Desa Alang-Alang mengenai potensi rumah adat miliknya.
Bahkan, jumlah rumah adat Taneyan Lanjhang yang tersisa di desa ini sudah kalah jumlah dengan rumah modern. Banyak juga rumah adat Taneyan Lanjhang yang telah berakulturasi dengan desain rumah masa kini. “Apabila hal tersebut terus berlanjut, lambat laun identitas asli rumah adat Taneyan Lanjhang akan hilang,” jelas Didit.
Demi mengurangi potensi hilangnya identitas asli rumah adat Taneyan Lanjhang, Didit bersama lima dosen serta 15 mahasiswa Departemen Arsitektur melakukan beberapa tahapan dalam memetakan serta mendokumentasikan rumah adat ini. “Dimulai dari pengumpulan data, studi lapangan, hingga diakhiri proses analisis data,” tuturnya.
Lebih lanjut, Didit memerinci bahwa pada proses pengumpulan data akan terkumpul data tipologi, lanskap, performa termal, dan beberapa hal lain yang terkait dengan karakteristik rumah adat Taneyan Lanjhang. Proses ini dilaksanakan Didit beserta tim melalui studi literatur yang bersumber dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Selanjutnya, tim KKN Abmas ITS terjun langsung ke Desa Alang-Alang untuk melakukan studi lapangan. Pada proses ini, Didit beserta tim melaksanakan dokumentasi, perekaman sketsa, pengukuran, dan wawancara kepada warga sekitar. “Setelah semua data terkumpul, kami akan melanjutkan proses analisis data,” tutur Dosen lulusan University of Kitakyushu tersebut.
Setelah proses analisis, Didit menyimpulkan beberapa hal. Beberapa hasil pengamatannya adalah fenomena perubahan Taneyan Lanjhang dari otentik, hybrid, hingga ke modern. Hal tersebut menunjukkan kekayaan perkembangan arsitektur di Madura. Di sisi lain, hal tersebut juga memprihatinkan karena memperlihatkan tergerusnya rumah adat Taneyan Lanjhang yang otentik.
Alhasil, kegiatan tersebut menghasilkan beberapa luaran, diantaranya data serta dokumentasi rumah adat Taneyan Lanjhang. Data tersebut akan berupa map yang nantinya dapat menjadi referensi bagi arsitek dan budayawan yang ingin mengembangkan rumah adat Taneyan Lanjhang. “Selain itu, juga ditujukan untuk meningkatkan kesadaran warga akan potensi rumah adat Taneyan Lanjhang” ujar Didit.
Ke depannya, dosen kelahiran Pati tersebut berharap dapat melanjutkan upaya pelestarian budaya di bidang lain dengan melakukan pengarahan potensi Desa Alang-Alang. Bukan hanya itu, Didit juga berencana untuk melakukan lokakarya dengan pihak terkait untuk semakin memaksimalkan upaya pelestarian rumah adat Taneyan Lanjhang. (*)
Reporter: Mohammad Febryan Khamim
Redaktur: Difa Khoirunisa
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi