Kampus ITS, ITS News — Sebagian besar masyarakat Nambangan Perak, Surabaya, memiliki mata pencarian sebagai nelayan. Melihat para nelayan yang masih bekerja secara konvensional, tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di sektor maritim.
Ketua tim Abmas, Dr Eng Kriyo Sambodho ST Meng menjelaskan bahwa salah satu pendorong dilaksanakannya kegiatan ini adalah kasus hilangnya nelayan di Nambangan Perak yang terjadi tahun lalu. Bergelut dengan mesin kapal dan faktor alam yang tidak dapat dikendalikan, kejadian tersebut menjadi pengingat bahwa bekerja sebagai nelayan memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi.
Bersama timnya, dosen yang akrab disapa Dodot ini memerinci jenis bahaya yang dapat terjadi pada pekerjaan nelayan. Dari segi keselamatan, beberapa potensi risiko dapat terjadi, seperti terpeleset, tenggelam, hingga kecelakaan mesin dan faktor alam seperti tersambar petir. Dari segi kesehatan pun, para nelayan berpotensi terpapar mikroorganisme dari umpan atau alat terkontaminasi yang dapat menganggu fungsi tubuh.
Di samping kecelakaan fatal, dampak yang paling sering dirasakan para nelayan adalah gangguan otot tulang dan rangka karena gerakan berulang yang harus dilakukan nelayan dalam waktu lama. Oleh karena itu, nelayan harus memperhatikan posisi tubuh serta memiliki asupan makan, minum, dan istirahat yang cukup. Peralatan keselatamatan seperti pelampung, senter, dan pemadam api pun alangkah baiknya selalu siap sedia di kapal.
Menindaklanjuti materi penyuluhan, tim KKN yang terdiri dari empat dosen dan 15 mahasiswa Departemen Teknik Kelautan ini kemudian memasang rambu K3 “Waspada Tangga Licin!”. Rambu ini dipasang pada tempat-tempat konvensional bagi para nelayan, seperti posko nelayan dan tempat parkir perahu. “Meski terlihat sepele, rambu ini dapat menghindari kecelakaan kepeleset ketika hendak naik atau turun perahu,” terang Dodot.
Tak hanya itu, Dodot dan tim juga memberikan pemberian perangkat keselamatan berupa rompi pelampung atau life jacket sebagai upaya pencegahan kecelakaan tenggelam. Ia dan tim berharap sumbangsih ilmu dan alat pada penyuluhan ini dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang terjadi di sektor perikanan. “Semoga nelayan-nelayan kita semakin sadar pentingnya K3 agar dapat melaut dengan aman, selamat kembali sampai di darat,” tutupnya. (*)
Reporter: ion19/Mifda Khoirotul Azma
Redaktur: Difa Khoirunisa
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi