Kampus ITS, ITS News – Ingin memberikan kontribusi lebih dalam bentuk pemikiran dan tenaga kepada Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), mendorong Dr Eng Trika Pitana ST MSc mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Rektor (Bacarek)ITS periode 2024-2029. Dosen Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS ini menyampaikan komitmen dan ambisinya untuk memajukan agenda ITS menjadi World Class University.
Berbagi pengalamannya, Trika telah menempuh pendidikan tinggi selama lebih dari 11 tahun, baik di Indonesia maupun mancanegara. Lulusan sarjana Teknik Sistem Perkapalan ITS ini meraih gelar magister di World Maritime University, Swedia dalam bidang Safety and Environmental Protection. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan jenjang doktoral di Kobe University, Jepang dalam bidang Maritime Sciences.
Dalam momentum regenerasi kepemimpinan ITS ini, Dekan FTK ITS ini ingin menjadikan ITS sebagai perguruan tinggi yang diakui secara internasional dan menjadi rujukan bagi perguruan tinggi lainnya. Hal ini diwujudkan melalui misi yang berfokus pada peningkatan kerja sama semua pemangku kepentingan di Kampus Pahlawan.
Sepak terjangnya di dunia pendidikan telah mencetak berbagai pencapaian pada bidang Tridharma Perguruan Tinggi. Pada 2011 lalu, Trika meraih penghargaan dari Malaysian Research Society berkat publikasi riset di Journal of Maritime Researches pada tahun 2011. Selain itu, Trika juga aktif melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat bersama rekan-rekan departemen.
Membahas mengenai pengalaman sebagai pemimpin, Trika beberapa kali dipercaya mengisi kursi kepemimpinan di ITS. Puncaknya saat ia dipercaya menjadi Dekan FTK untuk menahkodai fakultas yang menaungi empat departemen tersebut. Dengan pengalaman yang ekstensif ini, Trika berharap dapat berkontribusi lebih kepada ITS dan masyarakat.
Selama pengalamannya menjabat sebagai Dekan FTK, ia mengakui bahwa terdapat beberapa hal yang dapat diperbaiki di ITS secara keseluruhan. Salah satunya adalah sistem pemberian anggaran yang terbagi menjadi beberapa klaster. Sekretaris Program Studi Pascasarjana Teknologi Kelautan periode 2012-2016 ini menjelaskan bahwa masing-masing klaster tersebut memiliki persentasenya tersendiri.
Lebih lanjut, Trika berpendapat bahwa sistem tersebut kurang efisien karena pemberian anggaran menjadi kurang fleksibel. Padahal, masing-masing fakultas maupun departemen memiliki prioritas yang berbeda. Dalam hal ini, fleksibilitas menjadi penting untuk memastikan semua program mendapatkan anggaran yang tepat. “Money follows programme, bukan programme follows money,” tegasnya.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Trika mengusulkan perubahan berupa salah satunya adalah penyederhanaan sistem keuangan dan anggaran. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penyerapan anggaran demi mencapai key performance indicator (KPI) masing-masing unit.
Melalui jargon ITS TOP, Terobosan untuk Perubahan, Trika berkomitmen agar ITS menghasilkan lulusan yang berkualitas. Untuk itu, dibutuhkan peningkatan pelayanan yang prima melalui pelatihan sumber daya manusia (SDM) ITS, termasuk juga dosen dan tenaga kependidikan lainnya. “Tanpa bantuan segenap sivitas akademika, tidak mungkin ITS menjadi kampus yang TOP,” tuturnya.
Dengan berbagai inisiatif tersebut, Trika berharap dapat menjadi rektor ITS periode selanjutnya. Jika pun tidak terpilih, ia berharap beberapa inisiatif yang disebutkan sebelumnya dapat menjadi masukan positif bagi rektor terpilih. “Mengabdi tidak harus menjadi rektor, masih banyak ladang pengabdian untuk kemajuan ITS,” simpulnya. (HUMAS ITS)
Reporter: Kevin Bahari Pratama
Redaktur: Nurul Lathifah
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi