Kampus ITS, ITS News – Sulitnya proses degradasi limbah surfaktan menyebabkan terjadinya pencemaran yang dapat merusak lingkungan. Untuk mengantisipasi terulangnya hal tersebut, Guru Besar Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Lailatul Qadariyah ST MT IPM mengembangkan surfaktan ramah lingkungan yang berbahan dasar nabati.
Profesor ke-171 ITS ini mengatakan bahwa surfaktan yang selama ini beredar di pasaran masih menggunakan bahan dasar dari turunan minyak bumi. Bahan jenis ini tidak dapat diperbarui dan limbah bekas pakainya sulit terurai. Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, perempuan yang kerap disapa Arin ini mencetuskan alternatif surfaktan berbahan dasar nabati, yakni dari minyak kelapa sawit.
Arin mengungkapkan, minyak kelapa sawit dipilih karena ketersediaan sumber daya bahan bakunya yang melimpah. Tak hanya itu, tingginya kandungan asam lemak jenuh seperti asam palmitat dan asam oleat pada minyak kelapa sawit juga berpotensi tinggi untuk diolah sebagai bahan dasar surfaktan. “Untuk jenis surfaktannya sendiri yang dikembangkan pada penelitian ini adalah Methyl Ester Sulfonate (MES),” tambah perempuan kelahiran 18 September 1976 ini.
Dalam paparannya, ibu tiga anak ini menjelaskan, MES merupakan surfaktan anionik yang digunakan sebagai bahan aktif dalam produk detergen dan peningkatan efektivitas pengeboran minyak bumi. MES dibuat dengan mereaksikan minyak kelapa sawit dan metanol. Kemudian, untuk mempercepat terjadinya reaksi ditambahkan katalis basa yang selanjutnya menjadi metil ester. “Setelahnya, metil ester disulfonasi untuk menjadi MES,” jelas Arin tentang penelitian yang dituangkannya dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor di ITS.
Peraih Satya Lancana X tahun 2015 ini mengungkapkan, MES yang dikembangkan ini dapat menjadi solusi alternatif ramah lingkungan karena sifatnya yang mudah terurai serta pembusaannya yang rendah. Selain itu, sifat detergensinya juga lebih baik dibanding surfaktan biasanya. Penggunaan bahan yang terbarukan juga membuatnya dapat diproduksi lebih masif dengan biaya yang lebih rendah. “Hal ini membuat surfaktan ini layak sekali bersaing di pasaran,” tandasnya optimistis.
Selain bahan baku, Arin menyampaikan bahwa kebaruan metode yang divariasikan pada penelitian ini terletak pada metode pemanasan yang berbeda dari pemanasan konvensional biasa. Pemanasan yang digunakan pada penelitian ini adalah pemanasan menggunakan microwave serta gelombang ultrasonik. Dengan variasi dua metode tersebut didapatkan hasil serta waktu pemanasan yang lebih singkat. “Sehingga efisiensi produksinya juga meningkat,” ujar lulusan doktoral Teknik Kimia ITS ini.
Menutup uraiannya, istri dari Ari Nursamsu ini mengatakan, ke depannya pengembangan produk tersebut akan terus dilanjutkan hingga menjadi produk konsumsi dan dapat dikomersialisasi. Terakhir, Arin berharap, penelitian yang digarapnya selama empat tahun ini dapat berkontribusi untuk keselamatan lingkungan, kesejahteraan masyarakat, serta keberlanjutan masa depan bangsa. (HUMAS ITS)
Reporter: Shafa Annisa Ramadhani
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif
Kampus ITS, ITS News – Perayaan Natal merupakan momen istimewa bagi umat kristiani yang merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus.
Kampus ITS, ITS News — Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar pameran karya mahasiswa yang