Kampus ITS, ITS News — Salah satu persoalan bagi warga yang tinggal di bantaran sungai adalah kurang terampil dalam mengelola sampah dan memanfaatkannya sebagai sesuatu yang bernilai. Beranjak dari masalah tersebut, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas Eco-Community sebagai wadah masyarakat Kampung Bratang di Bantaran Kali Jagir Surabaya untuk menumbuhkan potensi wirausaha dari limbah.
Komunitas Eco-Community digagas untuk mengatasi tingginya produksi limbah rumah tangga. Ketua tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM), Wahyu Prasetyo mengungkapkan bahwa masyarakat bantaran Sungai Jagir termasuk kedalam masyarakat marginal (tingkat pemberdayaan rendah, red). “Maka dari itu dibentuknya Eco-Community sebagai solusi untuk memberdayakan masyarakat demi keberlanjutan daerahnya,” tambah Wahyu.
Tim beranggotakan Annisa Sabila, Violita Maulani, Bihar Hikam, dan Andini Firyal ini memberikan pelatihan wirausaha untuk meningkatkan kemampuan warga. Wahyu menyebutkan bahwa Eco-Community memberikan pelatihan pembuatan Eco Enzyme dan budidaya cacing tanah. “Kedua pelatihan itu dipilih sebagai cara untuk mengurangi persoalan limbah di bantaran sungai,” ungkapnya.
Lebih dalam, pelatihan pertama yang diberikan kepada warga adalah pelatihan Eco Enzyme. Wahyu menuturkan bahwa pelatihan tersebut dimulai dengan pencerdasan terkait pemilihan limbah organik berupa sampah dapur. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses pembuatan Eco Enzyme dengan mengolah limbah organik dengan gula, air, dan campuran lainnya.
Untuk memanfaatkan hasil olahan Eco Enzyme dengan maksimal, tim yang melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-36 ini juga memberikan pelatihan pembuatan produk turunan dari Eco Enzyme. Adapun produk yang diinisasi yaitu Eco Soap, karena memiliki nilai jual. “Pembuatan Eco Soap melibatkan pencampuran bahan kimia, sehingga cocok untuk program pemberdayaan masyarakat,” jelasnya.
Tidak hanya itu, mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri ITS ini menjelaskan bahwa warga juga diajak untuk melakukan budi daya cacing tanah. Hal itu dilakukan seiring dengan bahan makanan untuk budi daya cacing tanah yang mudah dan murah, yakni limbah organik. “Ini pun menjadi jalan alternatif lain bagi warga untuk mengurangi penumpukan sampah organik,” beber Wahyu.
Melalui Eco-Community warga Kampung Bratang, Wahyu pun berharap agar pelatihan serta kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut dapat terus berlanjut. “Diharapkan juga melalui kegiatan ini, permasalahan lingkungan dan ekonomi warga dapat membaik seiring berjalannya waktu,” tutup Wahyu dengan optimis. (*)
Reporter: Nabila Hisanah Yusri
Redaktur: Regy Zaid Zakaria
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi