Kampus ITS, ITS News — Meningkatkan ekonomi lewat produksi pertanian dan peternakan tentunya memberikan dampak positif dan juga menghadirkan tantangan baru berupa limbah organik. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berinisiatif mengatasi masalah ini dengan mengolah limbah organik melalui program Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) untuk budidaya cacing.
Ketua tim KKN Abmas, Dr Ir Totok Soehartanto DEA, mengungkapkan bahwa limbah organik di Desa Ngabab, Kabupaten Malang, berasal dari sisa sayuran dan buah-buahan setelah panen serta kotoran sapi. Limbah tersebut memiliki potensi mencemari lingkungan karena dibuang langsung ke sungai tanpa melalui proses pengolahan. Dengan itu, ITS berinisiatif menciptakan solusi berkelanjutan terhadap dampak negatif yang ditimbulkan.
Lebih lanjut, Totok menjelaskan bahwa kegiatan dimulai dengan menyiapkan lahan terbuka dan media budidaya yang terdiri dari campuran tanah, limbah kotoran sapi, dan sisa-sisa sayuran. Setelah media budidaya siap, bibit cacing disebar dalam media budidaya tersebut. “Kami (tim KKN Abmas ITS, red) juga menyediakan bibit cacing berkualitas lewat kerja sama dengan CV Rumah Alam Jaya,” ungkapnya.
Usainya, proses budidaya dilanjutkan dengan perawatan yang teliti dengan cara menyirami tanaman setiap harinya dan memberikan pakan kepada cacing setiap tiga hari sekali. Penyiraman tersebut bertujuan untuk menjaga kelembapan media budidaya. “Sementara itu, pemberian makan kepada cacing dilakukan sebagai sumber nutrisi bagi mereka,” tambah Kepala Departemen Teknik Instrumentasi ITS.
Selain melatih dalam bidang budidaya cacing, Totok beserta tim juga menyelenggarakan pelatihan manajemen usaha cacing sebagai langkah untuk mewujudkan ekonomi sirkular melalui kegiatan budidaya cacing. Dalam pelatihan ini, terbentuk pula koperasi atau kelompok tani cacing yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelian bersama bahan baku hingga pemasaran produk.
Dengan menerapkan manajemen budidaya cacing, tim KKN Abmas dengan anggota lima dosen dan enam mahasiswa ini berhasil menghasilkan daging cacing dengan kadar protein sekitar 70 persen dan animo yang stabil. Kandungan tersebut dapat digunakan sebagai alternatif pakan ikan dan obat tifus. Selain itu, media budidaya cacing yang dihasilkan juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan dianggap mampu memberikan nutrisi berlimpah kepada tanaman.
Inisiatif dari Pusat Kajian Kebijakan Publik, Bisnis, dan Industri (PKKPBI) ITS ini diharapkan dapat menjadi solusi inovatif untuk permasalahan limbah serta menciptakan ekonomi sirkular. Harapannya, kegiatan serupa di daerah lain akan dikembangkan secara berkelanjutan. “Ke depannya, budidaya cacing di Desa Ngabab ini diharapkan dapat menajdi pionir agar mencapai tingkat optimal yang semakin baik,” pungkasnya optimisme. (*)
Reporter: Mohammad Febryan Khamim
Redaktur: Fauzan Fakhrizal Azmi
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif
Kampus ITS, ITS News – Perayaan Natal merupakan momen istimewa bagi umat kristiani yang merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus.
Kampus ITS, ITS News — Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar pameran karya mahasiswa yang