Kampus ITS, ITS News — Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) yang berlokasi di Banyuwangi, Jawa Timur terkenal dengan pohon-pohon besarnya yang terkesan mistis. Namun, dibalik misteri tersebut tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menemukan potensi biologi unik yang memancarkan daya tarik dari hutan tertua di Pulau Jawa ini.
Petualangan 20 anggota tim KKN di Hutan Alas Purwo dibagi dalam dua rangkaian kegiatan utama, yaitu pengamatan pohon di wilayah hutan Alas Purwo serta observasi dan saran pengembangan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masyarakat sekitar. “Sebelumnya, tim KKN juga telah memperoleh surat izin untuk memasuki kawasan TNAP,” ungkap Pembimbing Tim KKN, Iska Desmawati SSi MSi.
Ia menyampaikan, kegiatan dilakukan dengan observasi tumbuhan di dua wilayah TNAP. Adapun wilayah tersebut yaitu Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah 1 Tegaldlimo serta SPTN Wilayah 2 Jatipapak. Dua wilayah ini memiliki populasi tumbuhan yang berbeda. “Di Tegaldlimo didominasi pohon-pohon besar, sementara kawasan Jatipapak lebih didominasi oleh tumbuhan mangrove,” ungkap Iska.
Dibalik tegaknya pohon-pohon Alas Purwo ditemukan adanya manifestasi atau perwujudan serangga dan jamur yang menggerogoti pohon-pohon di SPTN Tegaldlimo. Ia berujar, tumbuhan yang terkena manifestasi serangga dan jamur ini tetap dikatakan sehat. “Manifestasi ini dapat memberi peluang tumbuhan menjadi kurang sehat jika tidak ada penanganan lanjutan,” terang Dosen Departemen Biologi ini.
Serupa dengan di wilayah SPTN Tegaldlimo, di SPTN Wilayah 2 Jatipapak juga ditemukan manifestasi jamur kecil yang menyelimuti pohon mangrove. Sampai saat ini pihak TNAP masih melakukan pembersihan dan pencegahan secara rutin. “Tim KKN ITS juga merencanakan monitoring kesehatan tumbuhan sekitar setiap tiga bulan sekali,” ungkap dosen yang juga ahli ekologi ini.
Lebih lanjut, Iska menyampaikan bahwa terlepas dari berbagai manifestasi yang ada, tim ini juga menemukan spesies langka berupa anggrek tanah. Sebelumnya, anggrek tanah sendiri belum terdaftar sebagai salah salah satu spesies di TNAP. Selain anggrek tanah, banyak juga ditemukan tumbuhan hoya yang bermekaran dan memberikan aroma harum di hutan tersebut.
Tak kalah menarik dengan keunikan tersembunyi di dalam hutannya, UMKM milik masyarakat di sekitar TNAP juga mempunyai potensi pengembangan yang luar biasa. Kekayaan mangrove yang ada diolah menjadi teh mangrove hingga keripik mangrove. “Kami turut membantu pengecekan kandungan produk olahan mangrove dan mengembangkan ecoprint Hutan Alas Purwo,” imbuh Iska.
Pihak TNAP berharap, tim KKN yang berasal dari Departemen Biologi, Teknik Geomatika, dan Teknik Informatika ITS ini dapat melakukan metode penelitian ini secara rutin. Tidak hanya tim peneliti saja, tetapi dapat diimplementasikan juga oleh pengelola. “Masyarakat berharap tim KKN ITS dapat memberikan pelatihan dalam pemasaran produk secara digital dan kreatif,” tambah Iska.
Terakhir, Iska berharap KKN yang telah dilakukan ITS ini dapat menjadi salah satu sarana untuk lebih mempromosikan Wisata TNAP dengan berbagai keindahan di dalamnya. “Semoga produk UMKM Alas Purwo dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan semakin banyak yang tertarik untuk membeli produk olahan mangrovenya,” pungkasnya. (*)
Reporter: Fathia Rahmanisa
Redaktur: Rayinda Santriana U S
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)