ITS News

Rabu, 13 November 2024
05 Februari 2024, 15:02

Lewat MOTIP 08, SIMT ITS Gaungkan Pembinaan Penelitian Interdisipliner

Oleh : itssil | | Source : ITS Online
Sambutan Prof Nyoman

Dekan SIMT ITS, Prof I Nyoman Pujawan PhD CSCP dalam sambutannya pada MOTIP 08 menegaskan manfaat penelitian interdipliner

Kampus ITS, ITS News – Seiring berkembangnya zaman, permasalahan yang turut muncul semakin kompleks dan mendesak inovasi yang semakin besar. Untuk itu, Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar The 8th International Conference on Management of Technology, Innovation and Project (MOTIP 08) secara daring, Sabtu (3/2).

Giat menggelar konferensi internasional dua kali dalam setahun, SIMT ITS  mewadahi para peneliti, praktisi, akademisi, hingga pelajar untuk menyuarakan penelitian dan ide pada bidang manajemen teknologi, inovasi, dan proyek. Tahun ini, dengan mengusung tema Fostering Interdisciplinary Research in Solving Complex Problems, MOTIP 08 berhasil menggaet 123 makalah untuk dipresentasikan dengan fokus utama pada strategi inovasi manajemen teknologi dan pelaksanaan proyek.

Membuka acara, Dekan SIMT ITS, Prof I Nyoman Pujawan PhD CSCP menuturkan bahwa perancangan strategi inovasi manajemen teknologi melalui pembinaan penelitian interdisipliner tidak sekadar merupakan hasil kerja tim. Lebih dari itu, interdisipliner merupakan prinsip panduan dalam menyusun inovasi masa depan sebagai solusi terhadap permasalahan yang sering muncul dalam ranah interdisiplin ilmu. “Kita dihadapkan pada tantangan untuk mengolah perspektif individu,” terangnya.

Menurut Guru Besar Teknik Sistem dan Industri ITS tersebut pendekatan ini tidak hanya menekankan peran tim, tetapi juga memandang kemampuan mengintegrasikan perspektif individu sebagai suatu keharusan dalam merancang solusi inovatif. Dengan demikian, proses inovasi menjadi lebih holistik, mampu mengatasi permasalahan dengan cara yang lebih komprehensif, dan menghadirkan solusi yang berkelanjutan bagi tantangan masa kini dan masa depan.

Refleksi atas kebutuhan tersebut, lelaki yang akrab disapa Nyoman ini berharap melalui Konferensi MOTIP 08, SIMT ITS dapat menjadi sarana bagi para peneliti untuk saling bertukar pengetahuan dan perbedaan hasil penelitian. “Konferensi ini menjadi wadah untuk memamerkan hasil penelitian dan memungkinkan pertukaran ide di antara individu setelah mendapatkan pandangan baru untuk penelitian selanjutnya,” pungkasnya penuh harap.

Pemaparan implementasi project

Mansur Maturidi Arief PhD dalam pemaparan implementasi interdisipliner pada project yang telah dieksekusi oleh Stanford University

Dalam diskusi mengenai inovasi kolaboratif berorientasi pada desain yang berpusat pada manusia, Keynote Speaker MOTIP 08, Mansur Maturidi Arief PhD menyoroti peningkatan kompleksitas permasalahan saat ini. Oleh karena itu, ia menggarisbawahi pentingnya pendekatan interdisipliner yang mencakup berbagai cabang ilmu, seperti sains, teknik, sosial, politik, hukum, bisnis, dan lainnya. “Kerja sama lintas disiplin ilmu ini diharapkan dapat menghasilkan sejumlah manfaat serta meningkatkan efektivitas secara keseluruhan,” ungkapnya.

Dari kolaborasi tersebut, Postdoctoral Researcher di Stanford Intelligent Systems Lab (SISL) Department of Aeronautics and Astronautics ini juga menjelaskan bahwa implementasi interdisipliner ilmu telah terbukti mempercepat proses pengumpulan data dan analisis solusi. Tiap bidang interdisipliner memiliki peran khususnya, seperti bidang politik berfokus pada aspek dukungan publik, sementara bidang teknik fokus pada spesifikasi teknis solusi yang diusulkan.

Kerja sama ini terutama mencuat dalam proyek making low or zero-carbon business profitable and competitive bersama dengan Stanford University yang bertujuan menciptakan bisnis yang ramah lingkungan dengan tingkat karbon rendah atau nol. Dalam pengembangan proyek tersebut, keahlian masing-masing disiplin ilmu dapat dikoordinasikan secara efektif untuk mencapai tujuan bersama.

Keterlibatan universitas bergengsi tersebut secara nyata membawa dampak positif dalam mendorong konsep ini. Melalui pendekatan interdisipliner ini, harapannya, terbuka peluang untuk mengeksplorasi berbagai solusi inovatif yang dapat memberikan dampak positif pada keberlanjutan lingkungan. “Tentunya memacu perkembangan bisnis yang responsif terhadap tantangan perubahan iklim,” ujar alumnus Departemen Teknik dan Sistem Industri ITS tersebut.

M Rizal Sarluf, salah satu presenter saat memaparkan penelitiannya yang menggunakan metode design thinking dalam OSH procedures and fatigue management

M Rizal Sarluf, salah satu presenter saat memaparkan penelitiannya yang menggunakan metode design thinking dalam OSH procedures and fatigue management

Menarik kesimpulan, Mansur mengedepankan gagasan bahwa setiap disiplin ilmu memiliki arah penelitian yang khas. Ia menekankan bahwa penting untuk memahami bahwa fokus penawaran tiap bidang memberikan sumbangan unik dalam menyelesaikan tantangan yang dihadapi. “Dengan demikian, pendekatan interdisipliner bukan sekadar menggabungkan ilmu, melainkan juga menghargai kontribusi khusus masing-masing bidang untuk menciptakan solusi yang holistik,” tutupnya.

Pentingnya integrasi antara manusia dan teknologi juga menjadi pokok pikiran Mansur. Dalam pandangannya, penyatuan ini tidak hanya berarti menggabungkan sumber daya, tetapi lebih pada pemahaman mendalam tentang bagaimana manusia dan teknologi dapat saling melengkapi. Diyakini bahwa hanya melalui kerja sama yang sinergis antara keahlian manusia dan kecanggihan teknologi, kita dapat mencapai pemecahan masalah yang efektif dan berdaya guna dalam era ini. (*)

 

Reporter: Silvita Pramadani
Redaktur: Fauzan Fakhrizal Azmi

Berita Terkait