Kampus ITS, ITS News — Pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) sangat penting untuk diketahui agar korban kecelakaan tidak mengalami cedera yang lebih parah. Memahami hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar pelatihan P3K di Auditorium Gedung Pascasarjana, Rabu (6/3).
Kepala Biro Umum dan Reformasi Birokrasi (BURB) ITS, Drs Ec Murtriyono MSi dalam sambutannya menyampaikan bahwa kecelakaan bisa terjadi di mana pun dan kapan pun. Contohnya, kecelakaan bisa saja terjadi saat aktivitas pembelajaran di laboratorium, di jalanan, hingga di rumah. “Maka kita perlu mempelajari P3K sebab penanganan korban tidak bisa dilakukan sembarangan,” jelasnya.
Selaras dengan Murtriyono, salah satu perwakilan staf Diklat dan Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surabaya, Mirta Krisna Setiawan memiliki sebuah prinsip yang dipercayainya. Prinsip tersebut adalah semakin banyak orang yang bisa menolong maka semakin banyak pula orang yang bisa tertolong. Meskipun sudah memahami ilmunya dan mampu untuk menolong korban, sebelum menolong korban kita perlu memperhatikan beberapa hal terlebih dahulu agar tidak ikut menjadi korban juga.
Lebih lanjut, Mirta menyampaikan, seorang penolong setidaknya perlu menaati prinsip 3A, yaitu amankan diri, amankan lingkungan, dan terakhir barulah amankan penderita. Amankan diri yang dimaksud adalah memastikan penolong sudah dalam kondisi yang baik dan mampu memberikan pertolongan. Amankan lingkungan adalah memastikan agar lingkungan kejadian yang akan dimasuki tidak membahayakan penolong. Setelah semua aman, barulah pertolongan dapat diberikan.
Selain prinsip 3A, lelaki asal Sidoarjo tersebut juga menyampaikan ilmu mengenai cara melakukan penilaian terhadap korban yang dalam kondisi tergeletak. Tujuannya untuk mengenali masalah yang dihadapi korban maupun kondisi secara keseluruhan agar tindakan pertolongan dapat dilakukan secara maksimal. “Untuk mempermudah, kami menyingkatnya menjadi ASNT, yaitu awas, suara, nyeri, dan tidak respon,” terangnya.
Kondisi awas adalah saat korban menyadari dan melihat kehadiran penolongnya. Dalam kondisi ini, tindakan yang perlu dilakukan penolong adalah mengenalkan diri terlebih dahulu agar korban tidak syok. Akan tetapi, apabila korban tidak tampak menyadari kehadiran penolongnya maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah korban sadar dalam kondisi respon suara atau tidak. Caranya adalah dengan menepuk pelan korban sekaligus memberikan instruksi sederhana.
Apabila korban tetap tidak merespon, maka hal yang perlu dilakukan adalah melakukan uji respon nyeri. Bagi orang awam, uji ini bisa dilakukan dengan cara mencubit lengan atas bagian dalam. Jika korban masih belum memberikan respon terhadap cubitan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa korban berada dalam kondisi tidak responsif. “Dalam kondisi ini kita harus langsung memastikan posisi dari ambulans yang akan menjemput dan membantu membersihkan jalan nafas korban,” paparnya.
Pada pelatihan ini, Mirta juga menekankan agar tidak perlu takut dalam membantu korban kecelakaan. Ia juga menyampaikan, selama sudah memiliki ilmunya, siapa pun boleh melakukan pertolongan pertama. “Berusaha menolong itu lebih baik daripada tidak melakukan pertolongan sama sekali,” tutupnya. (*)
Reporter: Muhammad Fadhil Alfaruqi
Redaktur: Bima Surya Samudra
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)