Kampus ITS, ITS News — 22 Maret lalu, telah terjadi gempa berkekuatan enam skala Richter (SR) yang mengguncang Pulau Bawean. Gempa ini sempat menjadi sorotan karena pusat lokasinya yang berada di Laut Jawa, bukan Samudera Hindia seperti biasanya. Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pun mengundang para pakar untuk menilik hal ini lebih lanjut.
Melalui kegiatan Webinar Gempa Bawean Jawa Timur, Dr Susilohadi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap penyebab utama dari gempa yang terjadi di pulau sebelah utara Jawa Timur ini. Menurut Susilohadi, berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan mekanisme sumbernya, kejadian tersebut berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif di Laut Jawa.
Ia mengungkap, perubahan orientasi struktur geologi dangkal di Laut Jawa menjadi penyebab utama gempa dengan kedalaman 10 kilometer dan berjarak 33 kilometer dari barat Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur ini. “Struktur-struktur tersebut berubah orientasinya dari timur menjadi barat-timur mendekati pantai utara Jawa Timur,” terang Susilohadi.
Dalam webinar yang berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Jawa Timur ini juga diungkap, gempa kerak dangkal tersebut terjadi pada batuan kerak dengan komposisi yang tidak seragam sehingga lebih mudah patah. Bahkan sejak kali pertama terjadi, telah tercatat 608 kali gempa susulan.
Adapun menurut pakar dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Dr Supartoyo ST MT, gempa di Pulau Bawean termasuk dalam kategori gempa merusak. “Dampak gempa ini cukup signifikan dengan kerusakan pada bangunan, fenomena likuifaksi, dan retakan tanah yang dapat membahayakan masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Gempa bawean telah menyebabkan kerusakan yang signifikan pada bangunan dan infrastruktur di Pulau Bawean dan sekitarnya. Upaya pemulihan pasca Gempa Bawean masih terus berlangsung. Pemerintah, organisasi kemanusiaan, dan masyarakat telah bekerja sama untuk membangun kembali rumah dan infrastruktur yang rusak serta tempat tinggal sementara untuk warga yang terdampak.
Bencana alam bukanlah hal yang bisa dikendalikan manusia. Akan tetapi kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko dan dampak dari bencana alam. Oleh karena itu, kesiapsiagaan menjadi kunci utama dalam menyelamatkan nyawa dan harta benda. Mari bersama-sama membangun komunikasi yang tangguh dan siap menghadapi bencana. (*)
Reporter: Syahidan Nur Habibie Ash-shidieq
Redaktur: Fathia Rahmanisa
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)