Kampus ITS, ITS News — Usaha pengurangan energi dalam pembuatan dan pengoperasian bangunan tidak luput dari mata para arsitek. Mengulas hal tersebut, Dosen Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), DrEng Didit Novianto ST MEng membahas pengaruh arsitektur berkelanjutan pada gaya hidup.
Dosen yang akrab disapa Didit ini menilai, arsitektur berkelanjutan merupakan predikat yang diganjarkan pada arsitektur yang mempertimbangkan keberlangsungan jangka panjang bangunan. Hal itu meliputi aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya yang dalam praktiknya akan terikat satu sama lain. “Seperti penggunaan energi berlebihan akan berdampak buruk bagi lingkungan sekaligus membengkakkan tagihan pembayaran,” tambahnya.
Tak hanya itu, ia menyampaikan bahwa pengaplikasian konsep arsitektur berkelanjutan tidak hanya memperhatikan keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memengaruhi gaya hidup penggunanya. Hal ini dapat tercermin dari penataan tata ruang dan desain bangunan yang memainkan peran penting dalam membentuk interaksi sosial dan nilai budaya yang positif.
Seperti salah satu fenomena yang terjadi ketika relokasi pemukiman warga ke rumah susun. Ia melihat adanya perubahan kebiasaan bercengkerama di daerah pemukiman yang sukar didapati ketika berada di rumah susun. “Budaya dan sosial masyarakat yang telah ada tidak boleh serta merta ditinggalkan melainkan diekstrak dan dipadukan ke bangunan yang baru,” tambahnya.
DrEng Didit Novianto ST MEng ketika menjelaskan salah satu hasil rancangannya yang mengaplikasikan arsitektur berkelanjutan pada bangunan Sekolah Dasar
Dosen yang mempelajari arsitektur berkelanjutan sejak tahun 2010 ini membeberkan, arsitektur berkelanjutan dapat diaplikasikan di hunian pada lahan terbatas dengan konsep open-plan. Konsep pengurangan sekat ruangan ini dapat menciptakan sirkulasi udara yang baik. Selain itu, memudahkan interaksi antar anggota keluarga karena tidak ada pembatas komunikasi dalam beraktivitas di rumah.
Membahas lebih lanjut, konsep open-plan sendiri merupakan salah satu aspek yang ada di konsep Rumah Joglo. Rumah tradisional Jawa yang terkenal dengan atap limasnya yang tinggi dan ruang terbuka di dalamnya memiliki hubungan yang kuat dengan gaya hidup. “Rumah Joglo merupakan salah satu bentuk dari arsitektur berkelanjutan yang memenuhi keempat aspeknya,” tuturnya.
Menurutnya, Indonesia dengan kekayaan arsitektur yang khas perlu dibangkitkan lagi di era modern. Hal itu karena nyawa atau filosofi dasar bangunan zaman dahulu dapat dikolaborasikan dengan konsep arsitektur zaman sekarang. “Ini menjadi tantangan bagi seorang arsitek untuk terus berinovasi dan meyakinkan klien akan konsep desain yang baru,” ujar Lulusan program master dan doktor dari Kitakyushu University itu.
Didit berharap bahwasanya konsep arsitektur berkelanjutan dapat berkembang di Indonesia terutama di tangan para arsitek muda. Ia juga mendorong calon-calon arsitek untuk terus bereksperimen dalam mendesain dan tidak takut untuk terjun ke lapangan. “Dengan menyelesaikan persoalan yang ditemui di lapangan dengan metode yang inovatif dapat dijadikan guru terbaik,” tutupnya. (*)
Reporter: Ricardo Hokky Wibisono
Redaktur: Rayinda Santriana U S
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)