Kampus ITS, ITS News — Akhir-akhir ini, cukup ramai perbincangan mengenai indahnya langit malam Indonesia yang dihiasi oleh hamparan bintang-bintang galaksi Bimasakti. Sebetulnya, apakah fenomena ini normal terjadi dan apa yang menjadi penyebabnya?
Dosen Departemen Fisika, Dr rer nat Bintoro Anang Subagyo SSi MSi menyampaikan bahwa kondisi tersebut sebetulnya bukanlah kondisi yang langka. Dirinya menjelaskan bahwa fenomena ini cukup mirip dengan fenomena kemunculan rasi bintang yang berbeda-beda setiap bulannya. “(tak terlihat, red) Bukan karena rasi bintang tersebut hilang, kondisi arah bumi yang berubah-ubahlah yang membuatnya hanya terlihat pada bulan tertentu,” jelas Bintoro.
Hal yang sama juga terjadi pada fenomena ini. Pada nyatanya, pemandangan galaksi bima sakti yang indah tersebut sangat bergantung pada arah bumi menghadap ketika malam hari. Posisi bumi yang berada di dalam galaksi Bimasakti menjadi alasan hadirnya hamparan galaksi tersebut menghiasi langit malam bumi, tepat ketika bumi menghadap ke pusat galaksi.
Bintoro menerangkan bahwa pada umumnya, fenomena ini akan terjadi setiap kali bumi akan memasuki musim panas sebab pada musim inilah galaksi Bimasakti dapat lebih mudah terlihat. Akan tetapi, dirinya juga menyampaikan bahwa tidak menutup kemungkinan fenomena ini tak akan muncul lantaran kondisi tertentu. “Sebab posisi bumi mengelilingi matahari bukanlah sistem yang sederhana,” tambah lulusan doktor dari University of Oldenburg tersebut.
Lebih lanjut, Bintoro juga menyampaikan bahwa pada prinsipnya, galaksi Bimasakti dapat dilihat dengan mata tanpa alat bantu. Akan tetapi, polusi cahaya di sekitar pengamatan membuatnya sulit untuk terlihat. Hal ini dapat diperparah dengan adanya polusi udara serta kondisi cuaca buruk yang dapat menutupi pandangan ke arah langit juga menjadi penghalang untuk melihat formasi galaksi Bimasakti secara langsung.
Meskipun tidak dapat dilihat secara langsung, Bintoro menyebutkan bahwa pengamat dapat menggunakan alat bantu untuk melihat indahnya galaksi Bimasakti tersebut. Salah satunya adalah dengan menggunakan kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR). “Dengan pengaturan exposure yang tepat, kita dapat memposisikan kamera tersebut ke arah yang tepat agar mampu merekam dengan baik,” jelasnya. (*)
Reporter: Muhammad Fadhil Alfaruqi
Redaktur: Irwan Fitranto
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),