Kampus ITS, ITS News — Sebagai gas rumah kaca yang mendominasi atmosfer, karbon dioksida berperan besar dalam meningkatkan suhu permukaan bumi. Untuk mencegah dampaknya terhadap perubahan iklim, mikroalga digadang menjadi salah satu agen yang dapat menyerap karbon dioksida secara lebih efisien. Benarkan demikian?
Pakar Bioteknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Ir Arief Widjaja M Eng menjelaskan, setiap tumbuhan sejatinya mampu menyerap karbon dioksida melalui proses fotosintesis. Namun, mikroalga dapat melakukan proses penyerapan zat racun ini dalam kurun waktu yang lebih cepat. “Kemampuan ini berkaitan dengan laju pertumbuhan mikroalga yang juga lebih cepat dibandingkan dengan tumbuhan biasa,” terangnya.
Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan renik yang hidup di wilayah perairan tawar maupun laut. Apabila dibandingkan dengan tanaman yang butuh waktu berbulan-bulan, mikroalga dapat tumbuh dalam hitungan jam saja. Bahkan, proses fotosintesis mikroalga bisa secepat laju pertumbuhan bakteri. “Laju pertumbuhan ini proporsional dengan jumlah karbondioksida yang diserap, sehingga tingkat penyerapan mikroalga jauh lebih efisien dibanding tumbuhan biasa ” ujar Arief.
Secara proses, mikroalga menyerap karbon dioksida dari lingkungan sekitarnya menggunakan pigmen klorofil dalam proses fotosintesis. Selama fotosintesis, karbon dioksida diubah menjadi glukosa sebagai sumber energi untuk mikroalga, sedangkan oksigen dilepaskan sebagai produk sampingan. Proses ini membantu mengurangi konsentrasi karbon dioksida dalam atmosfer dan menyokong keberlanjutan lingkungan.
Sayangnya, imbuh Arief, kemampuan mikroalga dalam menyerap karbon dioksida masih terbatas pada pH tertentu. Apabila tingkat keasaman emisi karbon terlalu rendah, mikroalga dapat mati karena proses metabolisme dan fungsi selnya terganggu. Untuk mengatasi kondisi ini, Arief tengah melakukan penelitian untuk memodifikasi ketahanan mikroalga terhadap pH rendah. “Dengan variabel kontrol mikroalga, cahaya, maupun intensitas karbondioksidanya,” ujarnya.
Dalam aplikasinya di skala yang lebih besar, skema pemanfaatan mikroalga dalam menyerap karbon dioksida dapat diadopsi di berbagai industri yang mengeluarkan emisi karbon tinggi. Menurut Arief, skema ini dapat dilakukan dengan menaruh kolam budidaya Alga di area keluaran emisi dari proses pengolahan pada industri. “Dengan itu, mikroalga dapat menyerap emisi sebelum emisi tersebut terbang ke area lain tanpa kontrol,” paparnya.
Selain dapat menjadi salah satu penyokong reduksi emisi karbondioksida, Arief mengatakan, mikroalga dapat pula dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku industri lain. Salah satunya adalah pemanfaatan mikroalga sebagai nutrisi seperti pada pembuatan spirulina. Selain itu, pati dari mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai sumber gula dan pembuatan sorbitol. Bahkan, lipid dari mikroalga dapat dikembangkan menjadi biofuel atau bahan bakar nabati. “Meskipun kecil, manfaat mikroalga bisa dieksplor sebanyak mungkin,” pungkas Arief. (*)
Reporter: Shafa Annisa Ramadhani
Redaktur: Difa Khoirunisa
Kampus ITS, ITS News — Peningkatan masalah kesehatan kelamin, khususnya kanker serviks dan kutil kelamin, tidak diiringi dengan pemahaman
Surabaya, ITS News – Kenyamanan dan fungsionalitas menjadi aspek utama dalam desain bangunan yang ramah lingkungan, tak terkecuali bagi
Kampus ITS, Opini — Kontribusi ibu di dalam tumbuh kembang anak merupakan aspek yang krusial, terutama bagi mahasiswa baru
Kampus ITS, ITS News — Menyokong antisipasi terjadinya bencana serta terus berupaya mengedukasi masyarakat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui