Kampus ITS, ITS News — Nelayan menjadi profesi yang pendapatannya dipengaruhi oleh kondisi alam. Seimbangkan ekonomi nelayan ketika sulit melaut, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berdayakan kembali usaha kerupuk ikan di Kampung Nambangan Perak, Surabaya.
Pendamping KKN Abmas ITS dari Pusat Kajian Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) ITS, Sugiharto ST menyampaikan bahwa program ini bersinergi dengan Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Surabaya. Ia bercerita bahwa nelayan setempat seringkali menganggur saat ombak tinggi. “Karena tidak ada pemasukan, banyak nelayan yang menjual barangnya untuk bertahan hidup,” ucap Sugiarto.
Melihat kondisi tersebut, tim yang diketuai oleh Dr Soedarso SS MHum ini memberdayakan kembali usaha kerupuk ikan milik Kelompok Nelayan Nambangan yang sempat berhenti beroperasi. Dengan nama jual berupa Kerupuk Mekar, usaha ini diharapkan dapat menjadi penghasilan tambahan bagi para nelayan. “Ikan hasil tangkapan tidak semuanya dijual, tetapi disisihkan sebagian untuk diolah dan dinaikkan nilai ekonominya,” tutur Sugiharto.
Dalam mewujudkan inisiatif tersebut, tim KKN Abmas yang beranggotakan sebelas mahasiswa Departemen Studi Pembangunan ITS ini mengadakan pelatihan pemasaran kepada ibu-ibu dari kelompok nelayan. Pelatihan ini berfokus pada pemasaran digital menggunakan aplikasi Instagram, mulai dari cara mengambil dan mengunggah foto, merumuskan konten menarik, hingga cara membalas pesan apabila ada calon pembeli yang berminat.
Tak hanya dari segi pemasaran, masyarakat juga diberikan pencerdasan mengenai manajemen keuangan dengan sistem pembukuan sederhana. Harapannya, kelompok nelayan ini dapat mengestimasikan keuntungan yang akan didapat dari penjualan kerupuk ikan. “Jangan sampai mereka jual produknya, tetapi malah merugi,” jelas Sugiharto.
Mendukung dari aspek produksi, Sugiharto beserta tim menciptakan alat mesin pengulen untuk mempercepat dan mengefisiensikan produksi kerupuk ikan. Dengan alat tersebut, Kerupuk ikan dapat diproduksi hanya dalam waktu dua sampai tiga jam dengan kapasitas maksimal alat sebanyak lima kilogram. “Karena usahanya ini adalah usaha rumah tangga, maka kapasitas dan bentuk alat pengulen dirancang ringkas,” ungkapnya.
Dengan adanya KKN Abmas ini, dirinya berharap usaha Kerupuk Mekar dapat menjadi penopang tambahan bagi keluarga nelayan di Kampung Nambangan Perak. Berawal dari usaha rumahan, Sugiharto merasa Kerupuk Mekar dapat terus diluaskan pemasarannya dari pasar ke pasar. “Semoga bisa menjadi cabang usaha baru yang memajukan ekonomi sekaligus meningkatkan produk lokal Surabaya,” seru Sugiharto optimis. (*)
Reporter: Muhammad Aulia Zikra
Redaktur: Difa Khoirunisa
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)