Kampus ITS, ITS News — Pesatnya perkembangan teknologi diiringi juga dengan meningkatnya ancaman siber di dunia maya. Menghindari hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Departemen Teknik Informatika menghadirkan Cybersecurity International Short Program. Pelatihan ini bekerja sama dengan universitas internasional selama lima hari sejak Senin (20/5) lalu.
Program di lingkup Asia Tenggara ini merupakan kolaborasi antara Departemen Teknik Informatika, Direktorat Kemitraan Global (DKG) ITS, dan Asia Pacific Network Information Centre (APNIC) Foundation. Tak hanya itu, kegiatan ini berhasil mendapatkan dana hibah penelitian International Science and Invention Fair (ISIF) Asia Grants 2023.
Salah satu tim pelaksana kegiatan, Dr Baskoro Adi Pratomo SKom MKom mengungkapkan bahwa program ini untuk mengatasi maraknya serangan siber yang kerap mendera situs resmi pendidikan maupun pemerintah. “Dengan pelatihan ini dapat meningkatkan kesadaran tentang berbagai ancaman siber seperti phishing, malware, dan serangan social engineering,” ujar dosen Departemen Teknik Informatika itu.
Adapun peserta pelatihan terdiri dari mahasiswa ITS, International Islamic University Malaysia (IIUM), Camarines Sur Polytechnic Colleges (CSPC) Filipina, dan Universiti Teknologi Petronas (UTP) Malaysia. “Tidak hanya mahasiswa Teknik Informatika, mahasiswa dari jurusan berbeda juga dapat mengikuti kegiatan ini,” papar Baskoro.
Lebih lanjut, kegiatan ini memanfaatkan platform ITS Nabu, sebuah platform yang berfokus pada proyek-proyek keamanan siber karya mahasiswa ITS. Dari platform tersebut disampaikan materi-materi terkait dasar jaringan komputer, forensik digital, incident handling, penetration testing, dan malware analysis. “ITS Nabu dilengkapi pedoman tahapan penggunaan agar memudahkan pengguna,” dosen Laboratorium Networking Technologies and Intelligent Cyber Security (Netics).
Selain itu, dosen Universiti Teknologi Malaysia (UTM), Dr Siti Hajar Othman dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM) turut menyampaikan materi terkait Artificial Intelligent (AI) for Cybersecurity. Ia menjelaskan peran AI dalam keamanan siber. “AI dapat digunakan untuk memperkuat keamanan sistem, tetapi tidak jarang juga digunakan untuk melakukan kejahatan siber,” ungkap Siti.
Untuk menghindari hal tersebut, penggunaan limitasi dalam AI di keamanan siber merupakan hal yang krusial. Beberapa faktor yang membelakangi pembatasan tersebut seperti potensi kriminal, penyalahgunaan privasi, hingga regulasi penggunaan. Oleh karena itu, diperlukan mitigasi risiko dan prinsip etika untuk melindungi keamanan siber.
Terakhir, Kepala Information Assurance and Security Research Group (IASRG) Malaysia tersebut mengemukakan bahwa AI menawarkan banyak potensial untuk meningkatkan keamanan siber. Namun sifat AI yang tidak dapat diprediksi menjadi kekurangan yang fatal sehingga perlu diawasi penggunaannya. “Layaknya pedang bermata dua, AI dapat menjadi penyerang maupun pelindung di dunia siber,” tutupnya mengakhiri. (*)
Reporter: Khaila Bening Amanda Putri
Redaktur: Rayinda Santriana U S
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)