ITS News

Jumat, 27 September 2024
04 Juni 2024, 14:06

Garis Tipis Antara Plagiat dan ATM

Oleh : itskaii | | Source : ITS Online
Peristiwa plagiasi yang marak terjadi di dunia (sumber: Kompasiana.com)

Peristiwa plagiasi yang marak terjadi di dunia (sumber: Kompasiana.com)

Kampus ITS, Opini — Maraknya fenomena tiru-meniru di dunia seni tentu membuat resah banyak pihak terutama para kreator. Banyaknya karya yang terlihat mirip membuat bingung para penikmatnya hingga kreator berakhir dihakimi sepihak sebagai hasil plagiasi. Lantas, sejauh mana karya dapat disebut hasil plagiasi?

Belakangan ini, para penikmat seni banyak menyalah artikan antara metode plagiat dengan metode amati, tiru, dan modifikasi (ATM). Padahal, keduanya memiliki makna yang berbeda dalam penerapannya.

Menilik dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), plagiarisme didefinisikan sebagai kegiatan pengambilan suatu karya atau karangan milik orang lain dan menjadikannya seolah-olah karya tersebut merupakan milik sendiri. Sedangkan, ATM berprinsip untuk mempelajari dan meniru sebuah ide yang telah ada, lalu dimodifikasi untuk menciptakan karya yang berbeda.

Dikutip dari laman Duniaku, ATM ini bukan hanya sekedar menjiplak suatu ide saja. Namun, dalam prakteknya ATM perlu untuk mengembangan suatu inovasi yang berbeda meskipun berakar dari ide yang sama.

Lalu, sejauh manakah sebuah karya dapat disebut sebagai hasil plagiasi?

Berdasarkan hasil diskusi para pengamat dan masyarakat di laman Quora, sebuah karya dapat dicap plagiasi apabila karya tersebut tidak mencantumkan sumber inspirasi dari lahirnya karya tersebut. Meskipun kreator menyajikan beberapa modifikasi, mengambil ide yang sama persis dengan karya lainnya lalu diklaim sebagai milik sendiri sudah tergolong pencurian karya milik orang lain.

Tak berhenti sampai disitu, dilansir dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (RISTEKDIKTI) sebuah karya bisa saja disebut memplagiasi karya lain apabila ditemukan adanya lebih dari 25 persen unsur kemiripan. Untuk mengurangi kemungkinan plagiarisme, diperlukan banyak modifikasi atau perubahan terhadap objek yang ditiru. Dengan begitu, karya tersebut dapat ditanggapi dengan positif bila berbeda dengan sumber inspirasi yang di-ATM.

Selinier dengan pernyataan diatas, Sebuah karya dapat dikatakan sebagai hasil plagiasi apabila karya tersebut menyalin detail cukup banyak dari sumber inspirasinya. Dikutip dari tfr.news sebuah karya dilabeli hasil plagiasi apabila karya tersebut hanya memiliki perubahan minor,sehingga para penikmat karya dapat melihat kesamaan antara karya asli dengan tiruannya secara keseluruhan.

Tips menghindari plagiarisme

Selain memberikan 75 persen modifikasi pada objek yang ditiru, plagiasi juga dapat dihindari dengan menuliskan sumber inspirasi yang diaplikasikan pada karya tersebut. Ide inspirasi juga bisa dikembangkan dengan dengan perspektif yang berbeda namun dengan pemberian kredit secara tidak langsung untuk menghargai pencipta karya asli tersebut.

Merancang konsep awal karya ataupun kepenulisan dapat menjadi pondasi penting untuk mencegah plagiarisme. Konsep karya ini dapat berupa rencana, ide, maupun poin penting yang nantinya menjadi topik utama dalam karya. Dengan memiliki rancangan awal karya, pencipta dapat memiliki panduan yang jelas sehingga membantu mencegah terjadinya plagiarisme.

Pada dasarnya, plagiasi dan metode ATM muncul sebagai tantangan dari kelangkaan ide orisinal di dunia ini. Nyatanya, tidak ada karya yang 100 persen orisinal. Semua karya sejatinya kolase dari dua hingga tiga ide yang dirangkai bersama untuk melahirkan mahakarya yang baru. Perbedaan kedua metode tersebut hanyalah terletak pada proses berpikirnya. (*)

 

Ditulis oleh:
Khaila Bening Amanda Putri
Departemen Teknik Geomatika
Angkatan 2023
Reporter ITS Online

Berita Terkait