ITS News

Minggu, 01 Desember 2024
25 Juni 2024, 11:06

Filosofi Teorema Bayes terhadap Cara Pandang Kehidupan

Oleh : itssal | | Source : ITS Online
Gambar ilustrasi probabilitas

Probabilitas menjadi salah satu hal yang erat kaitannya dengan Teorema Bayes (sumber: Psikologi Multitalent)

Kampus ITS, Opini – Dalam kehidupan, kita acapkali mengambil perspektif yang didasari asumsi dan fakta. Pandangan tersebut nyatanya tercermin melalui salah satu konsep statistika, yakni Teorema Bayes. Di balik rumusnya yang matematis, teorema tersebut menyimpan filosofi akan cara kita memandang dunia dan mengambil keputusan.

Teorema Bayes merupakan salah satu konsep dasar statistika yang membantu memperbarui hipotesis berdasarkan informasi baru. Teorema ini berguna untuk mengetahui peluang suatu kejadian bersyarat yang sulit diprediksi angkanya. Sederhananya, semakin banyak bukti yang diterima akan semakin akurat hipotesis yang ada.

Teorema tersebut disajikan ke dalam rumus matematis yang terdiri dari sejumlah variabel, yakni P(A), P(B), P(A∣B), dan P(B∣A).  P(A) dan P(B) merupakan kemungkinan kejadian tanpa kondisi tertentu. Sedangkan, P(A∣B) dan P(B∣A) mengisyaratkan peluang kejadian dengan syarat kondisi tertentu. Keempat variabel tersebut akan menghasilkan nilai peluang terjadinya suatu kejadian berdasarkan suatu kondisi.

Gambar rumus Bayes

Rumus pada Teorema Bayes yang menghitung peluang bersyarat dari suatu kejadian (sumber: Bbc)

Sebagai contoh, sebelum kita memilih universitas, kita perlu mempertimbangkan peluang untuk diterima di kampus tersebut. Hipotesis awal berdasarkan informasi tahun sebelumnya perlu dipertimbangkan kembali dengan informasi lain mengenai daya saing di tahun sekarang. Selain itu, kita harus mengukur kemampuan kita melalui nilai tryout. Dengan begitu, kita dapat menentukan kemungkinan terkuat apakah kita akan diterima di universitas tersebut atau tidak.

Dari contoh di atas, Teorema Bayes mengajarkan kita untuk mempertimbangkan dua hal dalam pengambilan keputusan, yakni keyakinan awal dan bukti baru untuk memperoleh solusi akhir yang objektif. Di samping itu, teori yang ditemukan pada abad ke-18 ini menuntun kita untuk selalu terbuka terhadap informasi baru dan belajar tanpa perlu terpaku pada asumsi semata. Teorema ini juga menjadi penyeimbang antara intuisi dengan logika, mendengar naluri dengan menimang bukti.

Teorema Bayes lebih dari sekadar konsep statistika yang matematis, melainkan filosofi yang membuka perspektif kita akan kehidupan. Mulai dari mempertimbangkan keputusan secara objektif, terbuka akan informasi, hingga menyeimbangkan logika dan naluri. Dengan menerapkan filosofi tersebut, kita dapat melatih berpikir kritis, pembelajar yang baik, dan pengambil keputusan yang bijaksana. (*)

 

 Ditulis oleh:

Aghnia Tias Salsabila

Mahasiswi Departemen Matematika

Angkatan 2022

Reporter ITS Online

Berita Terkait