Kampus ITS, ITS News — Luapan lumpur Lapindo yang tak kunjung usai menggerakkan berbagai pihak untuk mengambil aksi pengendalian bencana. Asah kompetensi di bidang strategi infrastruktur mitigasi, Departemen Teknik Infraktruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (DTIS ITS) gelar webinar yang mengangkat pengendalian bencana lumpur Lapindo dari sisi geohidrologi, Selasa (25/6).
Ahli Madya Sumber Daya Air di Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS), Ir Isgiyanto MT menyampaikan bahwa salah satu upaya untuk mencegah perluasan luapan lumpur Lapindo adalah dengan melakukan pencairan. Hal ini, tutur Isgiyanto, dilakukan dengan cara mengambil sebagian lumpur dari waduk lumpur untuk diolah dan dikurangi kekentalannya. “Lumpur diolah hingga kandungan air mencapai 80 persen,” jelasnya.
Apabila sudah memenuhi baku mutu, lumpur dialirkan ke sungai di sekitar waduk, yakni Sungai Porong. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tekanan di dalam waduk lumpur Lapindo. “Tekanan yang tinggi dapat menyebabkan pergerakan lumpur yang lebih tidak terkendali,” terang Isgiyanto.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa pengaliran ini dilakukan agar tanggul-tanggul di sekitar waduk lumpur Sidoarjo tidak jebol. Dengan strategi ini, semburan lumpur yang meluap setiap harinya tidak meluas karena volume lumpur yang masuk menempati volume lumpur yang dicairkan. “Apabila kita bisa pelihara pengaliran ini, keseimbangan luapan lumpur dapat dijaga,” tutur alumnus magister di Institut Teknologi Bandung itu.
Tak hanya menerapkan metode pencairan, penguatan tanggul sekitar waduk lumpur juga menjadi upaya PPLS dalam menjaga area terdampak lumpur Lapindo. Saat ini, tanggul sepanjang sebelas kilometer yang melingkari waduk lumpur itu masih sering mengalami beberapa permasalahan, seperti abrasi, rembesan, serta deformasi. Maka dari itu, tim pengendalian tersebut melakukan penguatan dari hulu ke hilir tanggul dengan sejumlah metode perbaikan.
Mengamini pentingnya penguatan tanggul, Perwakilan Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Dr Handoko Teguh Wibowo ST MT, menyatakan bahwa terdapat sesar di area tanggul. Hal ini memungkinkan terjadinya patahan atau lipatan pada struktur geologi tanggul. Akibatnya, tanah di sekitar tanggul mengalami keretakan secara konsisten. “Ini adalah salah satu bukti bahwa tanggul ini bisa mengalami pergeseran hingga sejauh 20 meter” ucapnya.
Handoko pun melanjutkan bahwa mitigasi yang telah dilakukan selama 18 tahun ini terbukti menciptakan sistem manajemen yang baik. Para peneliti dan praktisi yang berbondong-bondong datang ke lokasi lumpur pun membantu memberikan solusi. Maka dari itu, dirinya pun mengajak DTIS ITS untuk turut serta berpartisipasi membantu permasalahan ini. “Kita nggak tau kapan luapan lumpur Lapindo akan berhenti, sehingga itu menjadi tantangan bagi insinyur infrastruktur dalam mencari sarana pengendalian pergerakan dan penyebarannya,” tutup Handoko. (*)
Reporter: Muhammad Aulia Zikra
Redaktur: Difa Khoirunisa
Kampus ITS, ITS News — Rangkaian penutupan kegiatan Manajemen Bisnis Festival (MANIFEST) disuguhkan dengan penuh makna. Melalui talkshow, acara
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru
Kampus ITS, ITS News — Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan