ITS News

Kamis, 04 Juli 2024
04 Juli 2024, 09:07

ITS dan PT PLN (Persero) Gelar FGD Eksternal bahas Pedoman Pengembangan Energi Laut

Oleh : itssal | | Source : ITS Online
Foto bersama para praktisi

Para praktisi dan akademisi dalam Focus Group Discussion (FGD) Eksternal ITS dan PT PLN (Persero) di Hotel Oakwood Surabaya, Selasa (2/7)

Surabaya, ITS News — Menindaklanjuti penyusunan pedoman pengembangan proyek energi laut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama PT PLN (Persero) menggelar Focus Group Discussion (FGD) Eksternal. Melibatkan praktisi, akademisi, dan pemerintah, acara tersebut dihelat di Hotel Oakwood Surabaya, Selasa (2/7).

Ketua Tim Kajian Prof Ir Mukhtasor MEng PhD menjelaskan bahwa FGD ini mengkaji lebih lanjut   rancangan pedoman prastudi kelayakan, studi kelayakan, dan engineering design pembangkit listrik menggunakan energi laut. Hasil kajian selanjutnya akan dijadikan pertimbangan dalam penyempurnaan pedoman tersebut. “Pedoman ini menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia,” ungkap Mukhtasor.

Gambar ketua tim kajian

Guru besar Departemen Teknik Kelautan ITS, Prof Ir Mukhtasor MEng PhD saat menyampaikan sambutannya dalam FGD Eksternal ITS dan PT PLN (Persero), Selasa (2/7)

Guru besar Departemen Teknik Kelautan ITS ini menyampaikan bahwa hingga saat ini, Indonesia masih kesulitan dalam mencapai target bauran energi baru dan terbarukan (EBT). Menurutnya, diperlukan pemahaman yang selaras antara pemerintah, industri, dan akademisi untuk menyiapkan ekosistem industri energi terbarukan nasional. “Oleh karena itu, setiap pemangku kepentingan dapat menyalurkan pandangannya melalui pedoman ini,” ujarnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, diskusi ini melibatkan praktisi dan akademisi dari berbagai institusi selain ITS dan PT PLN (Persero). Dimulai dari Dewan Energi Nasional, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Universitas Gadjah Mada, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), hingga Universitas Dharma Persada. 

Anggota Dewan Energi Nasional Dr Ir Herman Darnel Ibrahim MSc menyoroti potensi energi laut Indonesia di beberapa wilayah. Seperti arus laut di Selat Larantuka dan gelombang laut pada Pantai Selatan di Jawa. Pemanfaatan potensi tersebut harus diiringi dengan hasil kajian lingkungan yang tidak mengganggu kehidupan masyarakat. “Hal tersebut perlu menjadi pertimbangan dalam studi kelayakan,” tuturnya.

Gambar anggota dewan energi nasional

(dari kanan) Prof Ir Mukhtasor MEng PhD dan anggota Dewan Energi Nasional, Dr Ir Herman Darnel Ibrahim MSc saat penyerahan plakat pada FGD Eksternal ITS dan PT PLN (Persero)

Mengamini hal tersebut, Kepala Program Studi Teknologi Rekayasa Berkelanjutan PPNS, Dr Eng Muhammad Anis Mustaghfirin menuturkan bahwa implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) harus mempertimbangkan sejumlah aspek. Analisis potensi dan pemilihan teknologi PLTGL perlu diiringi dengan alternatif solusi apabila menghadapi masalah lingkungan dan budaya. “Perlu kehati-hatian dan fokus pada kepentingan nasional,” tegasnya.

Di sisi lain, Direktur Aneka EBT dan Konversi Energi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna ST MT MSc meninjau sejumlah peluang dan tantangan dalam penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL). Dicanangkannya Peraturan Presiden nomor 112 mengenai percepatan pengembangan energi terbarukan menjadi peluang dalam perkembangan teknologi tersebut. Namun, keterbatasan lokasi yang sesuai untuk PLTAL menjadi tantangan yang perlu ditinjau.

Selain PLTGL dan PLTAL, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Laut (PLTPL) turut menjadi perhatian. Dekan Fakultas Teknologi Kelautan Universitas Dharma Persada, Dr Muswar Muslim ST MSc menekankan urgensi energi panas laut di samping sumber energi alternatif lainnya. Ia menegaskan, PLTPL juga menjadi solusi multifungsi mendukung keberlanjutan energi di Indonesia.

Di akhir sesi diskusi, Guru Besar Departemen Teknik Elektro UGM Prof Ir Tumiran MEng PhD berpendapat bahwa kebutuhan komponen pendukung EBT perlu segera dipetakan agar industri dapat berkembang. Diperlukan sinergi antara industri dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kelistrikan (Puslitbang) untuk menjadi pusat unggulan pengembangan EBT. “Implementasi teknologi EBT tidak akan optimal tanpa perencanaan dan dukungan dari berbagai sektor,” tegasnya. (*)

  

Reporter: Aghnia Tias Salsabila
Redaktur: Nurul Lathifah

Berita Terkait