ITS News

Rabu, 13 November 2024
11 Juli 2024, 07:07

Rupiah Melemah, Dosen ITS Berikan Pandangannya dari Sisi Ekonomi

Oleh : itszik | | Source : ITS Online
Foto ilustrasi rupiah

Ilustrasi mata uang rupiah (sumber: vecteezy.com)

Kampus ITS, ITS News – Nilai tukar rupiah yang kian melemah terhadap dolar Amerika mengkhawatirkan masyarakat akan adanya potensi inflasi. Menanggapi hal itu, Dosen Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Satrio Samudro Aji Basuki ST MT MBA berikan pandangannya untuk mengatasi permasalahan ini dari sisi ekonomi.

Mengawali permasalahan ini, Satrio menjelaskan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh deretan peristiwa yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol. Faktor tersebut merupakan faktor yang berasal dari luar atau eksternal. “Pandemi Covid-19 menjadi salah satu hal yang sulit dikontrol dalam perubahan ekonomi dunia,” paparnya.

Selain itu, tingginya suku bunga The Federal Reserve pasca-covid juga menyebabkan penurunan jumlah dolar yang beredar. Dengan suku bunga yang relatif tinggi, aset berbasis dolar menjadi lebih menarik bagi investor dengan potensi keuntungan yang lebih tinggi dan aman. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, nilai dolar cenderung menguat dibandingkan mata uang negara lain, termasuk rupiah.

Selain faktor eksternal, ia juga menyampaikan bahwa defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) turut melemahkan posisi rupiah. Defisit NPI ini menandakan kegiatan impor di Indonesia lebih banyak dibandingkan kegiatan ekspor. “Dengan kegiatan impor yang lebih besar dan kondisi rupiah yang melemah akan berdampak pada meningkatnya biaya impor,” jelasnya.

Foto Dosen Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (DTSI ITS), Satrio Samudro Aji Basuki ST MT MBA

Dosen Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS Satrio Samudro Aji Basuki ST MT MBA

Satrio memberikan pandangannya dari sisi ekonomi atas rupiah yang kian melemahMenurutnya, upaya mencegah rupiah yang semakin melemah dengan menjaga cadangan devisa milik negara. Langkah tersebut sepatutnya dilakukan oleh pihak pemerintah. “Ketika permintaan dolar cenderung tinggi maka cadangan devisa ini bisa digunakan untuk memenuhi permintaan itu,” jelas alumnus program magister National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) itu. 

Dosen Laboratorium Perancangan Sistem dan Manajemen Industri ITS itu menerangkan bahwa upaya Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan rupiah dapat dilakukan melalui beberapa kebijakan. Kebijakan tersebut dapat dikombinasikan sehingga menghasilkan strategi yang optimal dalam mengatasi inflasi. 

Lebih dari itu, momentum pesta demokrasi yang baru saja usai ini pun menjadi salah satu strategi yang tepat dalam memperbaiki regulasi dan tata kelola uang negara. Hal itu berkaca pada suksesnya Presiden RI ke-3 dalam menguatkan rupiah yang  menjadi potensi terulang kembali. Reformasi itu berhasil meningkatkan kepercayaan mata uang rupiah dalam kurun waktu yang relatif singkat.

Terakhir, lelaki asal Surabaya itu menekankan agar masyarakat lebih fokus berinvestasi dalam mata uang lokal untuk mendukung stabilitas rupiah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi permintaan dolar. Oleh karena itu, ia juga menyarankan agar masyarakat Indonesia untuk beralih ke produk-produk lokal guna mengefisiensikan impor, menguatkan kurs rupiah dan menghindari terjadinya inflasi. (*)

Reporter: Muhammad Aulia Zikra
Redaktur: Rayinda Santriana U S

Berita Terkait