Batu, ITS News — Keberadaan lahan tidak produktif menjadi salah satu hambatan dalam mengembangkan sumber daya pertanian yang ada. Untuk mensiasati keadaan tersebut, Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) dengan membawa metode pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Desa Pesanggrahan, Kota Batu menjadi salah satu wilayah yang memiliki sejumlah lahan tidak produktif. Menurut Ketua Tim KKN Abmas Hanson Salim, hal ini terjadi karena gagalnya penggunaan metode pertanian konvensional yang mengakibatkan tanaman mati hingga hasil pertanian yang kurang baik. ”Akibat metode konvesional tersebut, lahan yang telah dipakai akan ditinggalkan dan terbengkalai karena dinilai tidak subur,” bebernya.
Lebih lanjut, Hanson menjelaskan kegiatan KKN Abmas dilaksanakan untuk memaksimalkan potensi dari lahan yang sudah tidak produktif. Hal ini dilakukan melalui kegiatan budi daya tanaman melon dan kale dengan menggunakan metode hidroponik rakit apung serta pelatihan kepada masyarakat. “Metode hidroponik menjadi sistem pertanian modern yang efektif bagi perkembangan tanaman,” terang lelaki kelahiran 2004 tersebut.
Hidroponik rakit apung atau floating raft system merupakan salah satu metode hidroponik yang memanfaatkan kolam sebagai media pengaliran dan penampungan air serta nutrisi. Pada metode ini, tanaman akan disusun pada styrofoam yang mengapung di atas air. Sehingga, bagian akar tanaman akan terendam air sedangkan bagian tubuh tanaman akan tumbuh bebas seperti pada umumnya.
Melanjutkan penjelasannya, mahasiswa Departemen Kimia tersebut menerangkan bahwa metode hidroponik rakit apung memiliki sejumlah keunggulan dibanding metode hidroponik lainnya. Di antaranya yaitu biaya operasional yang terjangkau serta kemudahannya dalam perawatan dan penggunaan. “Selain itu, metode ini juga dapat meminimalisir risiko tanaman kehilangan serta kekurangan air dan nutrisi,” terangnya.
Untuk mendorong keberhasilan program, Hanson mengaku tidak dapat lepas dari peran masyarakat desa sendiri. Oleh karena itu, untuk memberdayakan serta meningkatkan kemampuan masyarakat desa, tim KKN Abmas juga melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai pasca pertanian. “Di antaranya yaitu edukasi mengenai teknik budi daya tanaman, penanganan pasca panen, hingga pemasaran hasil pertanian,” tuturnya.
Tidak berhenti di situ, tim KKN Abmas juga tetap melakukan pengawasan serta pengarahan secara jarak jauh. Hanson menekankan hal ini dilakukan supaya kondisi alat, tanaman, serta motivasi masyarakat tetap terjaga. “Pengawasan bertujuan untuk memastikan bahwa program ini tetap memberikan dampak positif,” ungkapnya menegaskan.
Sebagai penutup, mahasiswa asal Pematangsiantar tersebut berharap kegiatan KKN Abmas ini dapat mengenalkan masyarakat pada sistem pertanian modern serta cara meningkatkan nilai ekonomis hasil pertanian. Tujuannya supaya lahan tidak produktif dapat dimanfaatkan dengan maksimal serta perekonomian masyarakat desa meningkat. “Semoga sistem hidroponik dapat berjalan secara berkelanjutan di Desa Pesanggrahan,” tandasnya. (*)
Reporter: Ahmad Naufal Ilham
Redaktur: Bima Surya Samudra
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)