ITS News

Selasa, 06 Agustus 2024
05 Agustus 2024, 14:08

KKN Abmas ITS Ciptakan Alat Pengering Gabah Bertenaga Surya

Oleh : itsbil | | Source : ITS Online
Foto bersama tim KKN Abmas dari Departemen Teknik Instrumentasi ITS dan para petani di desa Sambitan, kabupaten Tulungagung

Foto bersama tim KKN Abmas ITS dan para petani di Desa Sambitan, Kabupaten Tulungagung

Kampus ITS, ITS News Proses pengeringan gabah yang masih tradisional dan terbatasnya lahan pengeringan gabah menjadi masalah tersendiri di Desa Sambitan, Kabupaten Tulungagung. Hal ini yang mendasari tim Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk menciptakan alat pengering gabah bertenaga surya guna meningkatkan efisiensi lahan dan waktu dalam mengeringkan gabah. 

Ketua tim KKN Abmas, Muhammad Yusha Fitra Nugraha mengungkapkan, masalah ini disebabkan oleh sebagian besar jalan digunakan untuk mengeringkan gabah. Selain itu, proses pengeringannya secara langsung di bawah panas matahari yang memakan waktu cukup lama. “Kegiatan pengeringan gabah yang seperti ini cukup mengganggu warga dalam beraktivitas,” ungkapnya. 

Mengatasi masalah tersebut, tim yang dibimbing oleh Brian Raafi’u SST MT ini menggagas sebuah alat pengering gabah bertenaga surya. Alat berbentuk drum ini bekerja dengan menyalurkan energi yang ditangkap oleh photovoltaic pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ke baterai untuk disimpan. “Energi kemudian disalurkan ke motor sehingga pengering dapat bergerak,” jelasnya.

Salah satu petani ketika mencoba alat pengering gabah bertenaga surya buatan tim KKN Abmas Departemen Instrumentasi ITS

Salah satu petani ketika mencoba alat pengering gabah bertenaga surya buatan tim KKN Abmas Departemen Teknik Instrumentasi ITS

Ia menambahkan, meskipun didesain menggunakan tenaga surya, alat ini juga dirancang agar dapat digunakan dengan sumber energi listrik. Dengan begitu, petani tetap dapat melakukan pengeringan gabah tanpa panas matahari secara langsung. “Perbedaan sumber energi alat ini tidak berpengaruh pada efisiensi waktu pengeringan dan tidak menggunakan lahan yang berlebihan,” tuturnya. 

Berbeda dengan yang lain, alat ini memiliki teknologi sistem kontrol dan monitoring suhu otomatis. Apabila digunakan, alat ini akan mengatur suhunya secara otomatis menjadi 45 derajat celcius tanpa perlu mengatur secara manual. Tingkat suhu ini ideal untuk mengeringkan gabah tanpa merusaknya, meskipun dengan durasi pengeringan yang bervariasi. 

Selain suhu, alat ini juga dapat mengatur durasi pengeringan secara otomatis dan menampung hingga 15 kilogram gabah. Ketika gabah dimasukkan ke dalam drum, petani dapat mengatur durasi pengeringan antara 30, 60, atau 75 menit. “Petani bisa lebih efisien waktu dibanding menggunakan panas matahari yang dapat memakan waktu hingga lima hari,” jelas mahasiswa yang kerap disapa Yusha itu.

Tampilan aplikasi PARINDITS yang digunakan para petani untuk memantau proses pengeringan gabah mereka

Tampilan aplikasi PARINDITS yang digunakan para petani untuk memantau proses pengeringan gabahKeunggulan lain dari alat ini yaitu sudah terintegrasi dengan teknologi Internet of Things (IoT) melalui aplikasi PARINDITS. Hal ini memudahkan para petani dalam memonitoring proses pengeringan gabah melalui aplikasi yang dipantau via ponsel. “Jumlah daya listrik dan suhu pengeringan gabah dapat dilihat pada aplikasi PARINDITS,” tambah mahasiswa Teknik Instrumentasi ITS itu. 

Di akhir Yusha berharap dengan diberikannya satu set alat pengering gabah bertenaga surya ini dapat meringankan pekerjaan petani di sana. Proses pengeringan gabah pasca panen tidak tergantung lagi pada panas matahari dan lahan di jalan. “Semoga alat ini dapat digunakan dengan baik dan dapat menumbuhkan perekonomian di Desa Sambitan,” tutupnya penuh harap. (*)

 

Reporter: Nabila Hisanah Yusri
Redaktur: Rayinda Santriana U S

Berita Terkait