Kampus ITS, ITS News — Kemampuan berbicara di hadapan khalayak umum menjadi sebuah keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu dan memegang peranan penting dalam kehidupan berbagai lapisan masyarakat. Sadar akan hal ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar lokakarya guna mengasah kemampuan public speaking para sivitas akademiknya di Auditorium Gedung Research Center ITS.
Dalam sambutannya di Workshop Public Speaking, Sekretaris ITS Dr Ir Umi Laili Yuhana SKom MSc menyampaikan, keahlian ini sangat dibutuhkan di lingkungan akademik. Menurutnya, dengan pembekalan soft skill ini para dosen akan sangat terbantu baik untuk proses penyampaian materi di kelas, keperluan presentasi hasil penelitian ilmiah, hingga sebagai bekal ketika mengikuti konferensi internasional.
Dosen Departemen Teknik Informatika ITS ini melanjutkan, kemampuan public speaking juga menjadi kebutuhan fundamental bagi para tenaga kependidikan (tendik) serta mahasiswa. Kecakapan berbicara ini mampu menjadi pondasi dalam memulai karier, membangun hubungan interpersonal, hingga untuk mengembangkan kapasitas diri. “Oleh karena itu, penting untuk mempelajari berbagai teknik dan strategi untuk menjadi pembicara yang efektif,” ucap perempuan yang akrab disapa Yuhana ini.
Acara yang dihelat pada Kamis (1/8) lalu ini pun menghadirkan instruktur bersertifikat sekaligus CEO dan Founder WePro Communication Grace Mamahit. Dalam paparannya, Grace menyampaikan bahwa terdapat tiga level dalam berkomunikasi. Tingkatan dasar adalah head, di mana audiens hanya sekedar tau mengenai informasi yang disampaikan. “Selepas acara, audiens akan langsung lupa akan materi yang telah disampaikan,” terangnya.
Lebih lanjut, tingkatan menengah ialah heart. Sesuai sebutannya, komunikasi pada tahap ini sudah mampu menghidupkan emosi target. Grace menjelaskan, seorang pembicara yang baik harus dapat mengidentifikasi emosi tersebut lalu menerjemahkannya ke dalam bentukan gerakan, ekspresi, suara, dan kata-kata.
Berikutnya, level tertinggi adalah hand, yang mana perkataan seorang pembicara dapat menggerakkan respons audiensnya. Salah satu contoh yang diberikan oleh Grace yakni host siaran langsung di media sosial ketika menjajakan barang dagangannya. “Mereka mampu membuat tangan para penontonnya untuk bergerak membeli barang dagangannya,” jelas perempuan kelahiran Manado tersebut.
Selain itu, Grace turut menekankan bahwa unsur kebahagiaan pada seorang pembicara tidak luput dari strategi berkomunikasi. Dirinya menuturkan, sebelum mengidentifikasi emosi dan menyampaikannya kepada audiens, pembicara yang baik harus mampu mengatur emosinya terlebih dahulu. “Tinggalkan apapun yang kurang mengenakkan di belakang dan fokus terhadap respon yang kita ingin dapatkan dari audiens kita,” pesannya mengakhiri seminar. (*)
Reporter: Muhammad Fadhil Alfaruqi
Redaktur: Frecia Elrivia Mardianto
Kampus ITS, ITS News — Guna mendukung penggunaan kendaraan listrik atau electrical vehicle (EV) di Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, ITS News — Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen telah memicu
Kampus ITS, ITS News – Tim MedPhy.Edu Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan Fantom
Kampus ITS, Opini — Dengan kemajuan teknologi di era modern ini, media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan