Kampus ITS, ITS News — Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, sebagian petani kopi di Indonesia ternyata masih berkutat dengan cara-cara konvensional. Oleh karena itu, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembangkan alat penyortir kopi otomatis berbasis sel surya.
Anggota tim KKN Abmas, Muhammad Nabil Alzuhdi menyampaikan, agenda KKN Abmas ITS kali ini digelar di Desa Jambuwer, Kecamatan Kromengan, Malang. Kesesuaian lingkungan desa dengan kesuburan kopi membuat tanaman ini menjadi komoditas yang paling banyak diminati oleh para petani di Desa tersebut. “Bahkan saat sedang di kondisi yang baik, dalam satu kali panen desa ini bisa menghasilkan hingga 300 ton kopi,” imbuhnya.
Namun, sayangnya aktivitas pengolahan kopi pasca panen di desa yang terletak di dataran tinggi tersebut masih kurang efisien. Pria yang akrab disapa Nabil itu menuturkan, para petani masih menggunakan cara-cara konvensional dalam pengolahannya. Termasuk pada proses pengayakan yang dilakukan untuk mengelompokkan kopi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan diameternya.
Mengamati ketidakefisienan tersebut, tim dari Laboratorium Tegangan Tinggi Departemen Teknik Elektro ITS tersebut membuat alat yang mampu mengotomasi proses tersebut. Akhirnya, dikembangkanlah alat penyortir kopi otomatis yang memanfaatkan sinar matahari sebagai tenaga penggeraknya.
Alat penyortir kopi yang dikembangkan oleh tim yang diketuai oleh Prof Dr Eng I Made Yulistya Negara ST MSc ini terdiri dari tiga tingkatan penyortiran. Tingkatan pertama memiliki lubang dengan diameter tujuh milimeter (mm), tingkatan kedua berdiameter lima mm, dan tingkatan ketiga di desain tanpa memiliki lubang.
Kemudian, alat ini juga dilengkapi motor bertenaga 560 watt dan berfungsi untuk menggerakkan setiap tingkatan penyortiran secara maju mundur, seperti cara kerja pengayak konvensional. Hasilnya, biji kopi akan otomatis terkelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan diameternya, yaitu di atas tujuh mm, antara tujuh hingga lima mm, serta lima mm atau lebih kecil. “Dalam satu jam, alat ini mampu menyortir hingga 300 kilogram kopi,” tutur Nabil.
Tidak hanya itu, tim KKN Abmas ITS turut memasang instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagai upaya mengurangi beban listrik dari penggunaan alat penyortir kopi otomatis tersebut. Mahasiswa Departemen Teknik Elektro ITS tersebut menyampaikan bahwa panel surya yang digunakan pada PLTS ini berkapasitas 1100 watt-peak (Wp). Berdasarkan intensitas matahari di Desa Jambuwer, PLTS ini mampu membuat alat beroperasi selama lima jam dalam satu hari.
Akan tetapi, alat penyortir kopi otomatis ini tetap dapat beroperasi meskipun daya dari PLTS sudah habis. Memanfaatkan sistem hybrid, alat ini dapat mengubah sumber listriknya dari PLTS menjadi listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). “Sehingga para petani tetap dapat mengoperasikan alat ini di atas lima jam,” jelasnya.
Nabil berharap, alat yang sudah dikembangkan oleh tim KKN Abmas ini dapat membantu masyarakat Desa Jambuwer dalam meningkatkan efisiensi pengolahan kopinya. Selain itu, juga meningkatkan nilai jual dari kopi yang diproduksi di desa ini. “Semoga di kesempatan selanjutnya ada kerja sama lain karena masih banyak hal yang dapat dikembangkan dari proses pengolahan kopi ini,” harap mahasiswa angkatan 2022 itu. (*)
Reporter: Muhammad Fadhil Alfaruqi
Redaktur: Ricardo Hokky Wibisono
Kampus ITS, ITS News — Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen telah memicu
Kampus ITS, ITS News – Tim MedPhy.Edu Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan Fantom
Kampus ITS, Opini — Dengan kemajuan teknologi di era modern ini, media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran