Kampus ITS, ITS News – Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar diskusi terkait solusi ITS menghadapi gempa Megathrust dengan penguatan bangunan. Sesi diskusi ini juga bertujuan untuk membahas standar nasional bangunan tahan gempa kepada masyarakat.
Memulai sesi materi pertama, perwakilan pertama dari MKPI ITS Prof Tavio ST MT PhD menyampaikan, Indonesia telah memiliki standar nasional bangunan tahan gempa sebagai landasan pedoman pembangunan. Namun, masyarakat masih banyak yang belum memahami pentingnya standarisasi bagunan tahan gempa. “Selain itu, jumlah sosialisasi pada bangunan rumah tinggal masih sedikit dibandingkan pada gedung-gedung bertingkat,” tutur profesor ke-106 ITS tersebut.
Profesor dengan keahlian di Bidang Ilmu Struktur Beton tersebut melanjutkan paparannya bahwa salah satu konsep bangunan tahan gempa adalah dengan memasang peredam dasar bangunan berbahan karet lokal. Pemanfaatan bahan karet lokal dapat dilakukan dengan didukung oleh potensi Indonesia sebagai penghasil karet alam terbesar kedua di dunia. Tidak hanya itu, peredam bangunan berbahan karet lokal juga dapat meningkatkan fleksibilitas guncangan ketika terjadi gempa.
Melanjutkan penjelasan dari pemateri pertama, perwakilan kedua dari MKPI ITS Ahmad Basshofi Habieb ST MT PhD membeberkan, standar bangunan tahan gempa harus dapat dijangkau oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Untuk itu, ia juga menyarankan pembuatan pondasi tanah bangunan berbahan campuran kerikil dan limbah karet. Campuran kedua bahan itu dapat meredam guncangan gempa sehingga mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan.
Bagi rumah yang telah terbangun tanpa memperhatikan standar bangunan tahan gempa, alumnus Politecnico di Milano, Italia tersebut menyarankan perkuatan dengan memanfaatkan material bambu. Bagian kulit bambu dapat dirakit menyesuaikan dinding bangunan dan dikaitkan dengan kawat. “Cara itu dapat meningkatkan kekuatan bangunan hingga dua kali lipat dari sebelumnya,” ungkapnya.
Alternatif lain untuk perkuatan bangunan rumah dengan biaya yang terjangkau yakni dengan pemasangan kawat anyam, paku payung dan plesteran pada dinding-dinding rumah. Melalui upaya itu, bangunan akan memiliki waktu bertahan yang lebih baik ketika terjadi gempa. “Sehingga resiko adanya korban jiwa akibat tertimpa puing-puing bangunan akan lebih kecil,” bubuh dosen Departemen Teknik Sipil ITS tersebut.
Menanggapi kedua pernyataan kedua narasumber, Rektor ITS Ir Bambang Pramujati ST MScEng PhD menegaskan bahwa Indonesia berada di wilayah rawan gempa sehingga potensi gempa tidak dapat dihindari. Maka dari itu, diperlukan kesadaran lebih dari pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan upaya mitigasi melalui penguatan struktur bangunan. “ITS telah melakukan berbagai penelitian terhadap solusi penguatan bangunan yang tahan gempa,” tegasnya.
Maka dengan itu, Bambang berharap bahwa penelitian yang dikembangkan oleh ITS dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk memitigasi dampak gempa bumi. Ia juga berharap penelitian ITS nanti dapat kontribusi besar dalam upaya antisipasi bencana. “Semoga seminar dan penelitian ITS nantinya dapat membantu proses mitigasi gempa Megathrust agar Indonesia tidak terkena dampak negatif yang besar,” tutupnya. (*)
Reporter: Hani Aqilah Safitri
Redaktur: Bima Surya Samudra
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)