Kampus ITS, ITS News — Proses fermentasi dan pengeringan yang masih konvensional menjadi salah satu penyebab cepatnya pembusukan biji kakao sebeluam dijual. Merespons masalah ini, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (KKN Abmas ITS) menciptakan alat fermentasi dan pengering biji kakao berbasis monitoring.
Ketua tim KKN Abmas Ir I Putu Eka Widya Pratama SSi MSc RWTH mengungkapkan, kegiatan yang diselenggarakan di Desa Sukogidri, Jember ini bermitra langsung dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Sebagai salah satu perusahaan perkebunan tersohor, PTPN kerap kali mengalami kendala penjualan akibat biji kakao yang membusuk saat proses fermentasi dan pengeringan. “Mitra pun terpaksa menjual biji kakao mentah setengah dari harga aslinya,” ungkapnya.
Merespons masalah ini, tim KKN Departemen Teknik Instrumentasi (DTIn) ITS menginisiasi pembuatan alat fermentasi dan pengering biji kakao berbasis monitoring. Lelaki yang akrab disapa Eka ini menyebut, alat ini diciptakan untuk mempermudah petani mengamati keberhasilan produksi biji kakao. Menurutnya, adanya alat ini juga ditujukan untuk meminimalisasi inefisiensi produksi yang akan berdampak pada salah satu sektor krusial penunjang ekonomi warga di Desa Sukogidri ini.
Dalam penjelasannya, Eka menjabarkan, proses produksi dimulai dengan proses pencucian biji kakao. Kemudian, biji kakao yang telah bersih dimasukkan ke dalam alat fermentasi dan ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 0,5. Satu alat buatan Eka dan tim dapat memfermentasi hingga 50 kilogram biji kakao dalam rentang waktu lima hari. “Dalam kurun waktu ini, petani dapat memantau keadaan di dalam alat melalui layar monitor yang tersedia,” jelasnya.
Eka membagikan, layar monitor yang terpasang akan menampilkan faktor keberhasilan proses fermentasi biji kakao, mulai dari kadar keasaman (pH), kelembaban, hingga temperatur. Selama lima hari, kadar keasaman proses ini setidaknya harus mencapai nilai 4,5. Selain itu, intensitas kelembaban harus mencapai rentang nilai 80 persen dengan temperatur 27 derajat celcius. “Apabila nilai tersebut tercapai maka fermentasi dapat dinyatakan berhasil,” timpal dosen asal Bali tersebut.
Setelah berhasil melalui proses fermentasi, biji kakao kemudian dapat masuk ke proses pengeringan. Anggota Laboratorium Instrumentasi Pengendalian DTIn ITS ini menjelaskan, alat pengering yang diciptakan timnya berbentuk seperti oven. Dengan kapasitas yang sama, alat ini dapat mengeringkan biji kakao dengan suhu maksimum 50 derajat celcius. Durasi waktu yang diperlukan berkisar pada rentang sepuluh menit.
Lelaki kelahiran 1992 ini menyebut, nilai pada setiap faktor yang digunakan sebagai standar merupakan gagasan ia dan timnya. Apabila selama proses fermentasi dan pengeringan berlangsung nilai-nilai tersebut tidak tercapai, maka terdapat kemungkinan produksi biji kakao telah gagal. Dengan sistem ini, petani dapat lebih cepat menyiapkan tindakan perbaikan serta mengulangi proses produksi tanpa harus membuang bahan mentah.
Selain dapat dipantau melalui layar yang terletak pada alat, monitoring pun dapat dilakukan secara daring melalui website. Dengan sistem integrasi ini, para petani dapat memantau proses fermentasi dan pengeringan dengan mudah melalui ponsel dari mana saja tanpa terbatas jarak dan waktu. “Fitur ini juga salah satu yang paling membantu petani dan mendapat sambutan positif,” ujarnya.
Menutup tuturannya, Eka berharap agar alat yang mereka kembangkan mampu meningkatkan kembali nilai produksi dan penjualan dari mitra. Dengan terealisasinya kondisi ini, maka kesejahteraan petani di Desa Sukogidri pun dapat ikut meningkat. “Semoga alat ini dapat membantu keberlanjutan usaha mitra seta dapat meningkatkan nilai ekspor biji kakao ke mancanegara,” tutupnya penuh harap. (*)
Reporter: Nabila Hisanah Yusri
Redaktur: Shafa Annisa Ramadhani
Kampus ITS, ITS News — Rangkaian penutupan kegiatan Manajemen Bisnis Festival (MANIFEST) disuguhkan dengan penuh makna. Melalui talkshow, acara
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru
Kampus ITS, ITS News — Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan