Kampus ITS, ITS News– Stunting telah menjadi isu global yang kian mengkhawatirkan. Salah satu upaya mengatasi masalah perkembangan anak ini adalah melalui pendekatan arsitektural. Untuk itu, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (KKN Abmas ITS) menginisiasi revitalisasi rumah warga menjadi rumah sehat guna entaskan stunting.
Ketua Tim KKN Abmas Dr Kartika Nuswantara MPd mengatakan, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan angka stunting tertinggi di dunia. Bahkan, 14 persen balita di Surabaya divonis mengalami stunting. Merespons hal tersebut, tim KKN Abmas ITS ini mengambil gerak cepat untuk memberikan edukasi ke masyarakat terkait pentingnya lingkungan bersih dan sehat untuk mencegah stunting.
Dalam penjelasannya, Kartika membagikan bahwa pemerintah sendiri telah berupaya menekan angka stunting lewat pemenuhan gizi anak dengan pembagian susu dan biskuit pada objek terdampak. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya gizi buruk yang rentan menstimulasi penyakit lainnya. Namun, langkah ini belumlah cukup. Rumah sebagai tempat utama keluarga menjalankan aktivitas perlu mendapat perhatian khusus. “Dari sinilah, pendekatan arsitektural mengambil peran,” ujarnya.
Kartika mengatakan, rumah sehat dengan penghawaan yang baik merupakan aspek penting dalam pencegahan stunting. Melalui kegiatan yang dilakukan di Kelurahan Sidotopo, Surabaya ini, dirinya dan tim berupaya mendorong kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kualitas sirkulasi udara di rumah. Salah satu langkah awal yang diusung berfokus pada perbaikan ventilasi alamiah yang ada di dalam rumah warga. “Diubah agar udara dan sinar matahari dapat dipastikan masuk lebih banyak,” tambahnya.
Dosen Departemen Studi Pembangunan (SP) ITS merincikan, pada kegiatan revitalisasi ini dilakukan beberapa hal. Pertama, dilakukan perbaikan atap dan jendela untuk membuka akses sirkulasi udara dan sinar matahari. Apabila pergantian udara teratur melalui partisi sebagai ventilasi maka kenyamanan akan dirasakan oleh penghuni. Kemudian, dilakukan penyortiran barang tidak terpakai sehingga ruang dalam hunian lebih luas dan tidak tertumpuk sampah yang dapat menjadi potensi penyakit.
Lebih lanjut, Kartika membagikan, kolaborasi lintas keilmuan ini melibatkan sejumlah departemen di ITS. Adapun Departemen SP ITS berfokus pada survei permasalahan dan kondisi objek penerima pendampingan. Kemudian, Departemen Arsitektur ITS menindaklanjuti merevitalisasi desain rumah dengan mengatur pencahayaan dan sirkulasi udara. Di sisi lain, Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS berfokus pada penyesuaian bahan untuk pembangunan rumah.
Untuk memastikan tumbuh kembang motorik anak, Kartika menyebut, diperlukan ruang yang lebih luas. Oleh karena itu, ke depan, kerja sama dicanangkan akan menggandeng rumpun ilmu desain untuk menciptakan furniture perangsang motorik anak. “Misalnya meja dan kursi khusus yang dapat menstimulasikan gerak motorik anak dengan permainan sederhana,” ungkap perempuan asal Surabaya tersebut.
Terakhir, Kartika berharap pengabdian ini dapat diperluas ke tempat lain agar kebermanfaatannya semakin terasa. Bagi Kartika, edukasi lingkungan hunian sebagai faktor determinan yang mendukung perkembangan prevalensi stunting perlu terus digalakkan kepada masyarakat lebih luas. “Semoga penelitian ini dapat dibawa hingga disertasi seminar dan mengedukasi lebih banyak orang khususnya kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK),” tutupnya penuh harap. (*)
Reporter: Silvita Pramadani
Redaktur: Shafa Annisa Ramadhani
Kampus ITS, ITS News — Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen telah memicu
Kampus ITS, ITS News – Tim MedPhy.Edu Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan Fantom
Kampus ITS, Opini — Dengan kemajuan teknologi di era modern ini, media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran