Kampus ITS, ITS News — Keterbatasan alat untuk mengolah pisang menyebabkan kurang produktifnya masyarakat dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada. Hal inilah yang mendasari tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghibahkan satu set mesin pengering pisang otomatis.
Berhasil diimplementasikan di Desa Tukum, Kecamatan Tekung, Kabupaten Lumajang, ketua tim KKN Abmas Ir Putri Yeni Aisyah ST MT mengungkapkan bahwa desa tersebut memiliki komoditas utama berupa pisang mas kirana. Masyarakat memanfaatkan pisang untuk dijual menjadi berbagai macam produk olahan. Sayangnya, keterbatasan alat yang memadai mengakibatkan proses pengeringan pisang menjadi sebuah keripik dapat berlangsung berhari-hari.
Mengamati permasalahan tersebut, tim dari Departemen Teknik Instrumentasi ITS ini menghibahkan mesin pengering pisang bernama vacuum drying untuk mengolah berbagai produk olahan pisang, khususnya sale pisang. “Sehingga proses produksi tersebut dapat dilakukan dengan lebih efisien dan higienis,” ungkap alumnus program magister Departemen Teknik Fisika ITS tersebut.
Lebih dalam lagi, perempuan yang akrab disapa Yeni ini menjabarkan proses pembuatan olahan pisang menggunakan mesin otomatis tersebut. Mulanya, pisang dipotong tipis kemudian ditata di nampan vacuum dan diberi sedikit minyak. Berkapasitas 13 kilogram, alat ini mampu untuk mengeringkan pisang dengan durasi lima jam dengan suhu 70 derajat celsius.
Tak hanya itu, tim yang melibatkan 17 mahasiswa ini juga menghibahkan alat lain berupa automatic dehydrator food untuk memaksimalkan jumlah produksi pisang mas kirana. Dengan kapasitas dan cara kerja yang sama, alat ini mampu mengeringkan pisang tanpa menggunakan minyak sedikit pun. “Kedua alat ini didukung monitor untuk memantau proses pengeringan,” ujarnya.
Yeni membagikan, layar monitor yang terpasang mampu menampilkan beberapa indikator, seperti suhu, waktu, dan tampilan pisang ketika proses pengeringan. Apabila telah mencapai durasi yang ditentukan, alat ini akan secara otomatis membunyikan alarm sebagai pengingat bahwa pisang sudah kering dan matang sempurna. “Selebihnya, proses olahan dapat dilanjutkan seperti biasa, yaitu diberi rasa dan dikemas,” jelasnya.
Berkat adanya alat ini, masyarakat desa tersebut merasa sangat terbantu karena dapat meningkatkan efisiensi waktu dan tempat untuk menggoreng atau sekadar mengeringkan pisang. Yeni berharap kedepannya alat ini mampu terintegrasi dengan Internet of Things (IoT). “Agar kelak masyarakat dapat semakin mudah untuk memonitor proses pengolahan pisang dari jarak jauh,” ucapnya penuh harap. (*)
Reporter: Nabila Hisanah Yusri
Redaktur: Mohammad Febryan Khamim
Kampus ITS, ITS News — Rangkaian penutupan kegiatan Manajemen Bisnis Festival (MANIFEST) disuguhkan dengan penuh makna. Melalui talkshow, acara
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru
Kampus ITS, ITS News — Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan