Kampus ITS, ITS News – Dalam menarik para pengunjung, tidak lepas dengan faktor indahnya visual bangunan sendiri. Guna meningkatkan estetika, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (KKN Abmas ITS) merancang arsitektur dengan menggabungkan unsur kultural serta modern pada warung makan Hotel Singasari, Seririt, Bali.
Salah satu anggota KKN Abmas Kania Mustika Ariana mengungkapkan bahwa hotel tersebut mengalami penurunan pengunjung pasca pandemi Covid-19. Untuk memenuhi pemasukannya, hotel tersebut membuat warung kecil yang menjual makanan dan minuman ringan. “Kami sebagai mahasiswa arsitektur ingin memberikan impact dengan mendesain warung makan yang mengikuti tren, modern, tapi tetap ada identitas bali-nya,” tutur Kania.
Dirinya pun menerangkan, nilai budaya pada suatu bangunan dapat menjadi ciri khas dari daerah bangunan tersebut. Dalam hal ini, warung makan tersebut dirancang menggunakan material lokal dari para penduduk setempat. Beberapa di antaranya, warung makan tersebut menggunakan tirai bambu, bata roster, dan tanaman dalam desain eksterior yang dapat menggambarkan budaya atau kelestarian lokal dari daerah sekitarnya.
Desain arsitektur yang dirancang oleh KKN Abmas yang diketuai oleh Dr Eng Didit Novianto ST MEng ini juga memberikan elemen-elemen hemat energi. Salah satunya ialah penggunaan material polikarbonat pada atap untuk memberikan cahaya alami di siang hari. Selain itu, terdapat pot dan tanaman kecil yang ditanam pada bata roster sebagai ventilasi udara pada warung tersebut
Lebih lanjut, Kania menjelaskan desain yang dinamakan Humble Eco-Adaptive Eatery ini memiliki konsep open-semi space. Konsep tersebut dinilai dapat menarik para wisatawan yang berada di luar warung makan dan memberikan rasa nyaman kepada para pembeli warung. “Dengan lokasi warung yang dekat dengan pasar, harapannya saat para warga ke pasar dapat mampir ke warung makan,” ucap mahasiswa Departemen Arsitektur ITS itu.
Adapun, Kania menyampaikan harapannya agar desain bangunan yang dirancang selama tiga bulan ini dapat menjadi acuan arsitektur pada warung makan lainnya. Perpaduan unsur budaya dan modern ini diharapkan mampu memberikan ciri khas pada setiap bangunan di daerahnya masing-masing. “Kami juga ingin mengubah pola pikir masyarakat bahwa desain yang modern tidak harus meninggalkan identitas budaya yang dimiliki,” ucapnya. (*)
Reporter: Muhammad Aulia Zikra
Redaktur: Gandhi Kesuma
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru
Kampus ITS, ITS News — Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus membuka pintu kolaborasi guna meningkatkan kompetensi mahasiswanya dalam