ITS News

Rabu, 27 November 2024
02 Oktober 2024, 18:10

ITS Kupas Konsep Ekonomi Biru Berkelanjutan dalam ISOCEEN 2024

Oleh : itssal | | Source : ITS Online
Gambar panelis dan moderator ISOCEEN 2024

(dari kiri) Prof Suntoyo ST MEng PhD, Prof Dr Eng Hitoshi Tanaka, dan Prof Ir Daniel M Rosyid PhD saat berdiskusi mengenai ekonomi biru pada ISOCEEN 2024

Surabaya, ITS News — Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar International Seminar on Ocean and Coastal Engineering, Environmental, and Natural Disaster Management (ISOCEEN) 2024. Konferensi ini meninjau berbagai aspek dalam bidang kelautan untuk menyokong ekonomi biru berkelanjutan, Jumat (27/9).

Ketua Pelaksana ISOCEEN 2024 Prof Suntoyo ST MEng PhD menjelaskan, ekonomi biru adalah konsep ekonomi yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi sekaligus menjaga ekosistem laut. Konsep ini menitikberatkan manajemen risiko lingkungan laut, inovasi teknologi, dan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan. “Di samping aspek teknologi, ISOCEEN 2024 berkolaborasi dengan Universitas Hang Tuah untuk membahas aspek kesehatan dan sosial,” jelas Suntoyo.

Gambar Prof Suntoyo

Guru besar Departemen Teknik Kelautan ITS Prof Suntoyo ST MEng PhD saat memaparkan mengenai sedimentasi yang terjadi di pelabuhan

Suntoyo pun menyoroti salah satu masalah yang berkaitan dengan ekonomi biru, yakni pengendapan material atau sedimentasi yang tinggi di pelabuhan. Endapan yang dibawa oleh arus pantai tersebut dapat menimbulkan masalah efisiensi operasional dan navigasi. “Apabila dilakukan pengerukan, akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” ujarnya.

Profesor Departemen Teknik Kelautan ITS ini menyarankan penggunaan Underwater Sills (UWS) untuk mengontrol aliran dan arus air yang membawa endapan. UWS yang berupa struktur di bawah air ini mampu mengurangi tingkat sedimentasi hingga 70 persen. Berdasarkan fakta ini, Suntoyo menyimpulkan bahwa efektivitas UWS dalam mengendalikan sedimentasi menjadi alternatif yang berkelanjutan untuk industri kelautan.

Membahas permasalahan lain, Profesor Tohoku University Prof Dr Eng Hitoshi Tanaka menyampaikan pandangannya mengenai erosi yang kerap terjadi di pesisir. Ia membeberkan, erosi atau pengikisan tanah umumnya diakibatkan oleh pembangunan dermaga yang membuat berkurangnya sedimen secara drastis. “Erosi bisa dicegah baik secara alami maupun buatan,” ungkap dosen yang akrab disapa Tanaka ini.

Gambar Prof Tanaka

Guru besar Tohoku University Prof Dr Eng Hitoshi Tanaka yang menyampaikan masalah erosi dan pencegahannya dalam ISOCEEN 2024

Berbagai upaya tersebut, lanjutnya, antara lain pembangunan pemecah gelombang, terumbu buatan, dan beach nourishment. Tanaka memaparkan bahwa beach nourishment yang dilakukan dengan menambahkan sedimen ini diperkuat oleh penanaman pohon pinus di sepanjang pantai. Hal tersebut karena akar pohon pinus mampu menahan struktur tanah dan menjaga ekosistem tetap stabil.

Masih dalam lingkup ekonomi biru, Wakil Rektor I Universitas Hang Tuah Prof Dr Dian Mulawarmanti drg MS PBO juga membahas pemanfaatan biota laut dalam medis. Ia menuturkan, senyawa bioaktif dari organisme laut seperti alga dan spons laut berkhasiat sebagai obat anti-kanker dan anti-infeksi. Tak hanya itu, sejumlah biota juga dapat dimanfaatkan untuk perawatan gigi.

Gambar Prof Dian

Wakil Rektor I Universitas Hang Tuah Prof Dr Dian Mulawarmanti drg MS PBO (kiri) saat menjelaskan mengenai potensi pemanfaatan biota laut dalam medis

Dosen yang akrab disapa Dian tersebut berpendapat bahwa potensi pemanfaatan biota laut untuk kesehatan amat luas. Selain meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, pengelolaan sumber daya laut juga membuka peluang ekonomi dan riset berkelanjutan. “Agar daya saing Indonesia dalam bidang bioteknologi kelautan meningkat,” tuturnya penuh harap. 

Sebagai konferensi tahunan, ISOCEEN 2024 merupakan kali ke-12 konferensi ini dilaksanakan yang perdana diselenggarakan dengan konsep joint conference bersama Universitas Hang Tuah. Konferensi ini dihadiri oleh 112 akademisi dari 10 perguruan tinggi di Indonesia dan Malaysia. (*)


Reporter: Aghnia Tias Salsabila

Redaktur: Ricardo Hokky Wibisono

Berita Terkait