Kampus ITS, ITS News — Para peternak di Kabupaten Madiun mengalami kesulitan dalam mencari pakan ternak pada saat musim kemarau. Untuk mengatasi hal ini, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dari Departemen Kimia ITS menginisiasi produksi pakan ternak dari limbah pertanian.
Ketua tim KKN Abmas Dr Afifah Rosyidah MSi SSi mengungkapkan bahwa permasalahan yang sering dihadapi peternak adalah kurangnya bahan pakan di musim kemarau. Hal ini lantaran mereka menggunakan pakan berupa rumput segar yang hanya tumbuh subur di musim penghujan. “Kondisi ini menyebabkan hasil produktivitas ternak turut menurun,” ungkapnya.
Mengatasi permasalahan tersebut, Afifah berkolaborasi bersama dosen Universitas Muhammadiyah Jember Rohimatush Shofiyah MSi SSi dalam menginovasikan pengolahan pakan ternak menggunakan sisa hasil panen. Sisa panen yang dimaksud seperti jerami, batang jagung, dan tanaman kering yang seringkali dibuang begitu saja. “Dengan begitu simbiosis mutualisme antara bidang pertanian dan peternakan bisa terjalin,” jelas dosen Kimia ITS tersebut.
Melanjutkan pernyataan diatas, Afifah menjelaskan, teknik simbiosis mutualisme yang dimaksud adalah dengan memanfaatkan teknologi fermentasi untuk mengolah sisa panen menjadi pakan ternak. Teknologi ini dapat mewujudkan produk pakan yang berkualitas sekaligus menurunkan dampak negatif limbah pertanian terhadap lingkungan. “Dari kegiatan ini, kami ingin konsep green economy dapat tercapai,” jelasnya.
Mahasiswa KKN Abmas ITS mendemostrsikan cara mengoperasikan mesin pembuatan pakan kepada masyarakat
Dalam proses pembuatan pakan ternak, Afifah membeberkan, teknik fermentasi menjadi metode yang dipilih. Teknik ini merupakan proses alami di mana mikroorganisme mengubah zat organik menjadi senyawa yang lebih sederhana. Dengan demikian, pakan pakan ternak yang dihasilkan akan memiliki nutrisi yang lebih baik dan mudah diserap oleh ternak.
Lebih lanjut, bahan fermentasi yang digunakan adalah ragi dan bawang putih karena dapat meningkatkan kandungan nutrisi dan protein bagi hewan ternak. Pada prosesnya, kedua bahan tersebut dimasukan ke dalam satu tong besar berisi pakan ternak dan difermentasi selama tiga hingga lima hari. Setelah itu, hasil pakan tersebut dikeringkan menjadi jerami kering. “Hasil jerami tersebut dapat disimpan hingga satu tahun lebih,” imbuhnya.
Produk inovasi tim KKN Abmas tersebut menuai reaksi positif dari para peternak. Mereka merasa terbantu dengan adanya inovasi ini karena dapat mengurangi biaya pakan. Terakhir, Afifah berharap kegiatan KKN Abmas yang didanai langsung oleh Kemendibudristek ini dapat menjadi contoh bagi peternak di daerah lainnya yang memiliki permasalahan serupa. “Kami percaya inovasi ini dapat menjadi solusi bagi para peternak sehingga dapat mendukung lingkungan berkelanjutan,” tutupnya optimistis. (*)
Reporter: Khaila Bening Amanda Putri
Redaktur: Nurul Lathifah
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru
Kampus ITS, ITS News — Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus membuka pintu kolaborasi guna meningkatkan kompetensi mahasiswanya dalam