Surabaya, ITS News — Meninjau kondisi pesisir untuk pembangunan berkelanjutan, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar CITIES International Conference 2024, Kamis (10/10). Dihelat di Hotel Bumi Surabaya, konferensi ini melibatkan akademisi dari Denmark, Malaysia, dan Indonesia.
Guru Besar Departemen PWK ITS Prof Adjie Pamungkas ST MDevPlg PhD menitikberatkan perkembangan tata ruang di daerah pesisir Indonesia. Selama ini, Perencanaan Tata Ruang Laut atau Marine Spatial Planning (MSP) di tanah air hanya berfokus pada kegiatan kelautan tanpa mempertimbangkan skalanya. “Diperlukan suatu kerangka kerja yang efektif dalam memetakan MSP setiap daerah,” ujar Adjie.
Melalui kegiatan ini, Adjie mengusulkan kerangka kerja dengan konsep ekonomi biru untuk menganalisis tingkat perkembangan kelautan dari segi ekonomi, industri, dan sumber daya. Hasil analisis akan digunakan untuk memetakan MSP suatu daerah dalam tingkat lokal, regional, dan nasional. “Pemetaan ini dapat memudahkan pemangku kebijakan dalam memaksimalkan potensi di daerah pesisir,” ungkapnya.
Masih berkaitan dengan potensi pesisir, Guru Besar Universiti Sains Malaysia (USM) Prof Dr Azizan Marzuki menyoroti peran penting pariwisata dalam pengembangan daerah pesisir. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan pariwisata amat bergantung pada interaksi sumber daya alam dan infrastruktur pesisir. “Perubahan signifikan dapat terjadi pada suatu daerah dengan adanya pariwisata pesisir ini,” tegas Azizan.
Memandang peluang tersebut, Azizan menekankan bahwa perencanaan dan pengembangan kota pesisir yang berkelanjutan memerlukan pengamatan cermat. Mulai dari pengelolaan aspek lingkungan hingga aspek ekonomi harus dikawal agar potensi pesisir dimanfaatkan secara berkelanjutan. Dengan demikian, pariwisata pesisir dapat menyokong pertumbuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Melihat dari kacamata lain, Asisten Profesor Southern Denmark University Alberto Innocenti mengulas dinamika kompleks antara darat dan laut yang melibatkan aktivitas manusia. Fenomena urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang begitu cepat telak mengganggu stabilitas alam. Hal tersebut menimbulkan dampak seperti kerusakan ekosistem laut yang diperparah dengan perubahan iklim.
Masalah tersebut, lanjutnya, dapat ditangani dengan sistem perencanaan terpadu yang menyatukan wilayah daratan dan pesisir. Sistem ini terdiri dari kerangka kebijakan dan tata kelola, pengelolaan zona pesisir, serta perencanaan tata ruang laut. Menurutnya, pendekatan ini memungkinkan pengelolaan sumber daya alam yang lebih efektif, mitigasi risiko bencana, dan konservasi keanekaragaman hayati.
Di akhir, lelaki asal Italia ini turut menambahkan bahwa pemanfaatan teknologi sangat diperlukan dalam sistem perencanaan. Di era transformasi digital, teknologi canggih seperti pemodelan spasial, big data, Internet of Things (IoT), dan artificial intelligence (AI) menawarkan solusi inovatif untuk perencanaan dan pengelolaan wilayah. “Penerapan solusi ini mendorong integrasi daratan dan laut yang adaptif dan berkelanjutan,” jelas Alberto mengakhiri. (*)
Reporter: Aghnia Tias Salsabila
Redaktur: Regy Zaid Zakaria
Kampus ITS, Opini — Tamu baru telah hadir mengetuk setiap pintu rumah, ialah 2025. Seluruh dunia menyambutnya dengan penuh
Kampus ITS, Opini — Pemerintah berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelas persen menjadi 12 persen mulai
Kampus ITS, ITS News — Metode pengusiran hama konvensional menggunakan kaleng tidak lagi relevan dan optimal. Merespons permasalahan tersebut,
Kampus ITS, ITS News — Panel surya yang umumnya diletakkan di bagian atap bangunan menyebabkan posisinya sulit dijangkau untuk dibersihkan.