Kampus ITS, ITS News — Limbah daun nanas memiliki potensi menjadi bahan baku industri kreatif. Sayangnya, masyarakat Desa Bedali sebagai penghasil nanas terbesar di Kabupaten Kediri belum memanfaatkan peluang tersebut. Untuk itu, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginovasikan alat stripping untuk mengolah limbah daun nanas menjadi benang dan komposit.
Ketua tim KKN Abmas Devika Nurlaela Septiana menuturkan bahwa limbah daun nanas seringkali dianggap tidak bernilai dan dibuang oleh para petani setelah panen. Padahal, daun ini mengandung serat alami yang memiliki kekuatan tinggi dengan elastisitas baik. Hal ini membuat daun nanas sangat potensial untuk diolah menjadi produk bernilai tambah seperti benang dan komposit. “Serat nanas pun memiliki ketahanan abrasi yang baik sehingga dapat bertahan lama,” tambahnya.
Melihat keunggulan tersebut, Devika bersama 17 mahasiswa lainnya yang berasal dari Departemen Teknik Kimia Industri dan Departemen Teknik Mesin Industri menggagas sebuah alat stripping guna memaksimalkan produksi benang dan komposit yang berasal dari serat daun nanas. “Alat ini dirancang untuk meminimalkan limbah, meningkatkan efisiensi energi, serta mengurangi biaya operasional,” ungkap Devika.
Selanjutnya, mahasiswa angkatan 2021 ini menjelaskan bahwa proses pengolahan daun nanas untuk menghasilkan komposit dimulai dengan pemisahan serat yang dilanjutkan dengan pencucian dan pengeringan untuk memastikan kebersihannya. Setelahnya, serat akan dicampur dengan resin dan dimasukkan ke dalam cetakan yang kemudian diberi warna. Terakhir, akan dilakukan proses curing untuk mengeraskan komposit.
Berbeda dengan komposit, proses pengolahan serat daun nanas untuk menghasilkan benang dilakukan lebih sederhana. Setelah melewati proses pencucian dan pengeringan, serat akan diproses langsung di mesin stripping guna menghasilkan serat stapel dengan panjang bervariasi yang memiliki tingkat kehalusan hingga 4 mikrometer per inchi. Setelahnya, serat akan dipintal untuk dijadikan benang serat daun nanas.
Lebih lanjut, Devika memaparkan bahwa benang dan komposit yang dihasilkan dari serat daun nanas ini memiliki kualitas yang sangat baik dan dapat diolah menjadi berbagai produk kerajinan. Produk tersebut antara lain tas, vas bunga, maupun piring komposit. “Serat ini juga mudah terurai sehingga dapat digunakan dalam industri tekstil ramah lingkungan,” imbuhnya.
Tim yang dibimbing oleh Prof Dr Ir Soeprijanto MSc beserta 4 dosen lainnya ini pun menggelar pelatihan kepada masyarakat Desa Bedali terkait cara pengoperasian alat serta proses pengolahan serat daun nanas menjadi benang dan komposit. Pelatihan tersebut dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan untuk memastikan pemahaman masyarakat terkait penggunaan alat stripping.
Dengan adanya inovasi ini, diharapkan produk-produk dari serat daun nanas dapat menjadi peluang bisnis baru di Desa Bedali. Selain itu, teknologi yang dikembangkan oleh tim KKN Abmas ITS ini dapat menjadi contoh penerapan teknologi tepat guna di daerah lain. “Dengan demikian, kami pun berharap dapat mengangkat reputasi ITS sebagai kampus yang berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat dan pengembangan inovasi yang berkelanjutan,” tutup perempuan kelahiran Kediri ini. (*)
Reporter: Andra Eka Wijayanti
Redaktur: Nurul Lathifah
Kampus ITS, ITS News – Tim MedPhy.Edu Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan Fantom
Kampus ITS, Opini — Dengan kemajuan teknologi di era modern ini, media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif