Kampus ITS, ITS News — Ketersediaan pakan ternak acapkali menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak di sekitar lereng pegunungan. Menawarkan solusi inovatif, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Tematik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas mesin pencacah pakan ternak berbasis energi terbarukan dari listrik panel surya.
Ketua tim KKN Abmas Tematik ITS Dr Suyatno SSi MSi menjelaskan bahwa persediaan pakan ternak, khususnya sapi dan kambing, akan semakin menipis ketika memasuki musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan bahan baku utama berupa daun dan rumput cenderung mengering sehingga tak dapat diolah. “Peternak di lereng pegunungan ini pun terpaksa mengeluarkan biaya lebih untuk membeli pakan ternak dari tempat lain,” tuturnya.
Permasalahan tersebut mendorong Suyatno beserta tim menggagas sebuah mesin pencacah guna meningkatkan produksi pakan ternak di kala musim penghujan. Alat tersebut diharapkan dapat berkontribusi untuk membantu mengawetkan hasil produksi pakan ternak saat musim hujan untuk digunakan saat musim kemarau. “Mesin ini menggantikan proses pencacahan secara manual, sehingga prosesnya menjadi lebih efektif dan efisien,” ucapnya.
Suyatno menambahkan bahwa mesin pencacah telah dimodifikasi agar sumber energinya tidak hanya berasal dari mesin diesel, tetapi juga panel surya. Langkah substitusi sumber energi dengan dinamo listrik baru tersebut dapat mengatasi permasalahan keterbatasan biaya untuk pasokan listrik dan keterbatasan akses bahan bakar di pegunungan.
Lebih lanjut, terang Suyatno, mesin ini turut dilengkapi dengan baterai yang dapat menampung daya hingga mencapai 2400 watt-hour. Sehingga, dinamo listrik sebesar 671 watt dapat menggerakkan mesin tanpa henti selama tiga setengah jam sebelum baterai habis. Sebagai langkah optimalisasi energi, listrik dari panel surya diarahkan pada sebuah controller untuk mengatur arus dan tegangan agar sesuai dengan kebutuhan dinamo.
Mesin ini bukan hanya berfungsi sebagai sarana pencacah bahan baku pakan ternak, melainkan juga alat pembuat pupuk organik. Dalam hal ini, mesin dapat menghancurkan bahan baku pupuk organik, termasuk kotoran hewan dan sisa bahan organik lainnya. “Sehingga, mesin pencacah ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga multifungsi,” tambahnya.
Inovasi yang termasuk dalam program dukungan Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS ini turut menunjang poin Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya yakni poin tujuh terkait penggunaan energi yang bersih dan terjangkau. Selain itu, poin satu SDGs terkait upaya penuntasan kemiskinan turut direalisasikan lewat inovasi yang meningkatkan produktivitas para peternak lokal.
Sebagai salah satu bentuk penerapan, tim beranggotakan tujuh dosen dan sepuluh mahasiswa ini bekerja sama dengan masyarakat Dusun Winong, Desa Jatisawit, Karanganyar dalam bentuk penghibahan. Menilik daerahnya yang berlokasi di lereng Gunung Lawu, Suyatno berharap kerja sama ini dapat mengatasi keterbatasan pakan ternak di Dusun Winong pada saat musim kemarau. “Sehingga, harapannya alat ini bisa membantu mengangkat perekonomian penduduk setempat,” ujarnya. (*)
Reporter: Putu Calista Arthanti Dewi
Redaktur: Mohammad Febryan Khamim
Kampus ITS, ITS News — Ketersediaan pakan ternak acapkali menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak di sekitar lereng
Kampus ITS, ITS News — Tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Kepada Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Timur akan
Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan dukungannya terhadap keseimbangan prestasi akademik dan minat