Kampus ITS, ITS News — Memperingati Dies Natalis ke-64,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta untuk menggelar pagelaran wayang kulit. Acara ini menjadi wujud nyata sinergi antara perguruan tinggi berbasis teknologi dan seni.
Ketua pelaksana pagelaran wayang kulit Dies Natalis Ke 64 Dr Ing Ir Setyo Nugroho menyampaikan acara ini bertujuan untuk mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta dalam melestarikan budaya bangsa. Bak pepatah bila budayanya rusak maka hancur pula negaranya, ITS ingin mengingatkan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya Indonesia.
Mengangkat kisah Antasena Kridha, nilai pagelaran wayang kulit ini selaras dengan semangat Dies Natalis ITS ke-64. Pria yang akrab disapa Yoyok ini mengungkapkan terdapat tiga nilai yang dapat diambil dari pagelaran ini. Ketiga nilai tersebut adalah perjuangan, kolaborasi, dan keberlanjutan seni wayang.
Melanjutkan, Yoyok memaparkan nilai perjuangan tersebut tercermin melalui kisah Antasena yang tak gentar berjuang dan berinovasi untuk kebaikan. Hal ini sejalan dengan komitmen ITS sebagai kampus pahlawan yang bertekad terus berinovasi dan berkolaborasi menyambut Indonesia Emas 2045. “Walaupun begitu, kita tidak melupakan budaya kita di tengah modernisasi dunia ini,” tutur Kepala Departemen Transportasi Laut ITS ini.
Lebih dalam, Lakon Antasena Kridha mengisahkan perjuangan seorang pemuda bernama Antasena yang bertekad menemui orang tuanya. Tumbuh besar bersama kakeknya Bathara Baruna, Antasena memutuskan untuk memulai perjalanan panjang menuju orang tuanya. Setelah melewati berbagai rintangan, Antasena berhasil bertemu dengan orang tuanya. Pertemuan yang mengharukan ini menjadi puncak dari perjuangan panjangnya.
Adapun pagelaran wayang kulit yang didalangi Ki Cahyo Kuntadi SSn M Sn ini semakin semarak dengan penampilan Yougeneki Band yang membawakan musik campursari. Penampilan ini selain dapat disaksikan dari Fasilitas Olahraga (fasor) ITS, tetapi juga disiarkan secara langsung melalui kanal youtube KUNTADI Channel. “Kami ingin penampilan wayang ini dapat disaksikan oleh banyak masyarakat,” ungkapnya.
Berbeda dengan pertunjukan wayang yang lain, pada Dies Natalis tahun ini, Setyo menghadirkan inovasi baru berupa buku panduan digital multibahasa. Langkah ini bertujuan agar penonton dari berbagai latar belakang dapat memahami cerita Antasena secara mendalam. “Kami juga menampilkan terjemahan narasi melalui proyektor yang tersedia,” tuturnya.
Terakhir, mewakili Rektor ITS, Wakil Rektor II bidang Perencanaan, Keuangan dan Sarana Prasarana, Dr Machsus ST MT menambahkan acara ini merupakan manifestasi nyata dari komitmen ITS dalam melestarikan warisan budaya bangsa. Melalui kisah Antasena, diharapkan mahasiswa dapat mencontoh semangat tokoh tersebut untuk terus berinovasi memajukan Indonesia. (*)
Reporter: Khaila Bening Amanda Putri
Redaktur: Gandhi Kusuma
Kampus ITS, ITS News — Babak baru kepemimpinan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi dimulai. Rektor ITS Prof Ir
Kampus ITS, Opini — Tamu baru telah hadir mengetuk setiap pintu rumah, ialah 2025. Seluruh dunia menyambutnya dengan penuh
Kampus ITS, Opini — Pemerintah berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelas persen menjadi 12 persen mulai
Kampus ITS, ITS News — Metode pengusiran hama konvensional menggunakan kaleng tidak lagi relevan dan optimal. Merespons permasalahan tersebut,