Kampus ITS, Opini — Dengan kemajuan teknologi di era modern ini, media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang berlomba-lomba menampilkan sisi sempurnanya di ruang publik. Namun, banyak juga yang memilih untuk menyembunyikan aspek pribadi mereka di balik second account. Lalu, seberapa penting second account bagi penggunanya?
Menurut jurnal Motif Penggunaan Second Account Instagram Sebagai Media Interaksi Diri (Studi Kepada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Tahun 2019 Universitas Mulawarman oleh Sarah Maulida, dijelaskan bahwa menjamurnya tren second account ini didorong oleh pengaruh teman sebaya. Seolah ketika seseorang membuka pintu yang lain berbondong-bondong masuk, hal tersebut yang menyebabkan second account menjadi tren populer di kalangan pengguna sosial media.
Lebih lanjut, tren memiliki second account juga memicu munculnya Fear of Missing Out (FOMO). Hal ini disebabkan karena generasi sekarang lebih rentan terhadap tekanan sosial dan lebih eksploratif dalam membentuk identitas digital mereka. Akibatnya, banyak individu terdorong untuk ikut membuat second account agar tetap menjadi bagian dari dinamika sosial yang sedang berlangsung.
Walaupun penggunaan akun kedua dapat didasari dari adanya tekanan sosial, tetapi tidak jarang second account digunakan sebagai sarana memisahkan kehidupan publik dari sisi pribadi di dunia digital. Dengan cara tersebut, pengguna dapat lebih bebas mengekspresikan diri dan berinteraksi dengan orang-orang tertentu. Hal ini dapat terlihat dari konten yang cenderung lebih banyak dan berbeda dengan apa yang terdapat di akun utama.
Dilansir melalui jurnal Fenomena Second Account Oleh Mahasiswa Pada Media Sosial Instagram, Jihan Salma M melampirkan bahwa akun kedua ini muncul sebagai solusi bagi mereka yang ingin memiliki ruang pribadi di dunia maya. Biasanya, akun ini memiliki nama pengguna yang berbeda dan lingkaran pertemanan yang lebih terbatas. Dengan lingkaran pertemanan yang lebih terbatas, pengguna berbagi cerita pribadi tanpa takut akan gosip atau rumor.
Melalui penelitian yang dilakukan, Jihan menjelaskan bahwa akun tersebut seringkali digunakan untuk mengekspresikan sisi lain dari kepribadian seseorang. Banyak pengguna merasa akun utama telah menjadi etalase yang mencerminkan citra yang lebih formal. Di sisi lain, akun kedua menjadi pelarian bagi pengguna untuk mengekspresikan diri tanpa harus memikirkan pandangan orang lain.
Selain itu, second account kerap kali ditemukan dalam keadaan private. Di mana pengguna second account dapat mengontrol siapa saja yang dapat melihat konten mereka. Dengan cara ini, pengguna dapat menghindari konflik dalam lingkaran pertemanan terdekat mereka, sehingga menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan terkendali.
Walaupun dengan banyak kelebihan tersebut, tidak dapat dipungkiri keberadaan akun ganda ini juga dapat memicu kecenderungan menutup diri. Terlalu fokus pada second account sebagai ruang pribadi bisa membuat seseorang menjadi lebih tertutup dan enggan untuk berinteraksi secara terbuka dengan orang lain.
Kecenderungan ini semakin diperkuat karena seringkali pengguna memanfaatkan akun kedua untuk mencurahkan semua perasaan dan pikiran di akun kedua. Kebiasaan tersebut dapat berdampak pengguna merasa lebih nyaman berinteraksi melalui teks daripada tatap muka. akibatnya, seseorang bisa mengalami kesulitan beradaptasi dengan situasi sosial dan merasa tidak percaya diri ketika berinteraksi dengan orang lain secara langsung.
Pada akhirnya, fenomena second account ini mencerminkan dinamika antara kebutuhan privasi, ekspresi diri, dan tekanan sosial di era digital ini. Di satu sisi, second account menawarkan ruang bebas berekspresi, namun juga tidak dapat dipungkiri berpotensi memicu ketergantungan dan keamanan privasi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggunakan second account secara bijak dan bertanggung jawab. (*)
Ditulis oleh:
Khaila Bening Amanda Putri
Mahasiswa S1 Departemen Teknik Geomatika
Angkatan 2023
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News – Tim MedPhy.Edu Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan Fantom
Kampus ITS, Opini — Dengan kemajuan teknologi di era modern ini, media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif