Kampus ITS, ITS News — Metode pengusiran hama konvensional menggunakan kaleng tidak lagi relevan dan optimal. Merespons permasalahan tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas)Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginovasikan teknologi smart farming sebagai upaya peningkatan kualitas padi yang bebas hama.
Anggota tim KKN Muhammad Naufal Nail Annafiu menyebutkan, teknik mengusir hama konvensional dilakukan dengan menggantungkan kaleng pada tiang bambu di sekitar sawah. Kaleng tersebut akan berbunyi apabila terkena angin dan mengusir hama pergi. Namun, kehadiran angin yang sulit diprediksi membuat teknik ini berjalan kurang optimal. “Apabila hal ini tidak diatasi, maka kualitas padi akan terus menurun seiring waktu,” ujar lelaki yang akrab disapa Naufal tersebut.
Guna mengatasi permasalahan ini, Naufal dan tim pun menginisiasi aplikasi smart farming melalui alat pengusir hama yang terintegrasi dengan Internet of Things (IOT). Langkah ini diambil untuk memastikan akselerasi produktivitas pertanian yang terintegrasi dengan teknologi. Tak hanya itu, langkah ini sekaligus menjadi upaya realisasi Sustainable Development Goals (SDGs) poin kedelapan, yaitu infrastruktur industri dan inovasi berkelanjutan berbasis teknologi.
Naufal menjelaskan, smart farming adalah pendekatan modern di sektor pertanian yang memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Dalam kegiatan ini, pendekatan ini diimplementasikan dengan kaleng pengusir hama otomatis yang dapat berbunyi selama dua menit pada rentang waktu setiap 20 menit. “Alat ini juga dapat dinyalakan sesuai kebutuhan petani melalui website terintegrasi IOT,” tambahnya
Lebih lanjut, mahasiswa Departemen Teknik Elektro (DTE) ITS tersebut membagikan, lewat website ini, petani juga dapat memantau kualitas kelembaban tanah, kadar air tanah, serta kekuatan angin. Ketiga parameter tersebut dapat dicek melalui kabel sensor pada control box yang diberikan. Pada kotak tersebut juga terdapat panel surya sebagai sumber energi utama, baterai untuk menyimpan daya, serta Mi-Fi sebagai sumber internet.
Selain itu, tim KKN ini juga memberikan drone yang sudah dipasangkan selang panjang untuk menyirami tanaman atau menyemprotkan pestisida dari jarak jauh melalui remote. Alat ini berguna untuk mempermudah petani menyirami lahan tanpa perlu menyusurinya. Di samping itu, tim dari Laboratorium Simulasi Sistem Tenaga Listrik DTE ITS ini juga melakukan sosialisasi kepada petani terkait cara instalasi alat, penggunaan alat, dan monitoring alat.
Sebagai realisasi, penerapan smart farming ini telah diimplementasikan di Desa Krogowanan, Magelang. Melalui kegiatan tersebut, Naufal dan tim berhasil meningkatkan efisiensi pengusiran hama hingga 90 persen. Ke depan, Naufal berharap agar teknologi ini mampu membuka mata petani bahwa teknologi mampu membantu meningkatkan produktivitas pertanian. “Semoga alat ini akan mampu dikembangan lebih lanjut dan dipasang di lebih banyak desa,” tutup Naufal penuh harap. (*)
Reporter: Nabila Hisanah Yusri
Redaktur: Shafa Annisa Ramadhani
Kampus ITS, ITS News — Babak baru kepemimpinan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi dimulai. Rektor ITS Prof Ir
Kampus ITS, Opini — Tamu baru telah hadir mengetuk setiap pintu rumah, ialah 2025. Seluruh dunia menyambutnya dengan penuh
Kampus ITS, Opini — Pemerintah berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelas persen menjadi 12 persen mulai
Kampus ITS, ITS News — Metode pengusiran hama konvensional menggunakan kaleng tidak lagi relevan dan optimal. Merespons permasalahan tersebut,