Dr Muhammad Saiful Hakim SE MM PhD, peneliti di Laboratorium Business Analytic and Strategy ITS, memberikan analisis terkait penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Kampus ITS, ITS News — Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar lima persen pada 18 Maret 2025 lalu yang memicu trading halt menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk dari kalangan akademisi. Wakil Dekan Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital (FDKBD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Muhammad Saiful Hakim SE MM PhD menilai bahwa penurunan tajam ini bukan hanya kejutan bagi pasar, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Menurut peneliti bidang manajemen keuangan tersebut, IHSG merupakan indikator penting bagi stabilitas ekonomi nasional karena mencerminkan kepercayaan investor terhadap pasar modal. Jika indeks turun tajam, perusahaan akan kesulitan memperoleh pendanaan untuk ekspansi bisnis, sementara investor menjadi lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya.
Pelemahan IHSG juga mendorong investor menarik dananya dan beralih ke aset yang lebih aman. Jika aksi jual terjadi secara masif, pasar modal semakin tertekan dan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. “Pasar modal yang sehat memungkinkan perusahaan memperoleh pendanaan untuk ekspansi bisnis,” tegas dosen yang biasa disapa Saiful ini.
Dosen yang juga aktif di Laboratorium Business Analytic and Strategy ITS tersebut menjelaskan bahwa penurunan IHSG kali ini dipengaruhi oleh faktor domestik dan global. Salah satu pemicunya adalah penurunan peringkat investasi Indonesia oleh Goldman Sachs. Kondisi ini membuat investor asing mengurangi eksposur di pasar modal Indonesia, memicu aksi jual saham dalam jumlah besar yang semakin menekan IHSG.
Selain itu, isu pergantian Menteri Keuangan RI turut memperburuk sentimen pasar. Ketidakseimbangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga menambah kekhawatiran investor. Situasi ini membuat kepercayaan pasar melemah, sehingga investor cenderung menarik modalnya. “Sebagian besar aksi jual dilakukan oleh investor asing,” tambah Saiful prihatin.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 5 persen hingga memicu trading halt di Bursa Efek Indonesia (BEI) (sumber dari CNBC Indonesia)
Penurunan IHSG tidak hanya berdampak pada investor, tetapi juga memengaruhi stabilitas ekonomi nasional. Capital outflow dalam jumlah besar meningkatkan permintaan terhadap dolar AS, yang berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Jika tekanan ini terus berlanjut, maka daya beli masyarakat bisa ikut terdampak.
Ketidakstabilan pasar modal juga berimbas pada sektor riil, terutama dalam hal investasi. Perusahaan yang kesulitan mendapatkan pendanaan cenderung menunda ekspansi bisnis. Jika kondisi ini terus berlanjut, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat meningkat, yang pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Meskipun kejadian seperti ini jarang terjadi, dosen Departemen Manajemen Bisnis ITS tersebut menekankan pentingnya memahami apakah penurunan ini hanya shock sementara atau akan berlanjut dalam jangka panjang. Jika ini hanya reaksi sesaat, pasar kemungkinan akan segera pulih. Namun, jika kondisi terus berlanjut, dampaknya bisa lebih serius terhadap perekonomian. “Investor perlu mencermati tren pasar sebelum mengambil keputusan,” tandasnya mengingatkan.
Sebagai langkah mitigasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menerapkan kebijakan buyback saham tanpa izin pemegang saham, yang memungkinkan perusahaan membeli kembali sahamnya untuk menjaga stabilitas harga. Selain itu, pemerintah perlu memastikan kebijakan fiskal yang lebih meyakinkan agar kepercayaan investor tetap terjaga.
Lulusan doktoral dari National Yunlin University of Science and Technology, Taiwan tersebut menyarankan agar investor menyesuaikan keputusan jual atau tahan saham dengan tujuan keuangan masing-masing. Jika investasi bersifat jangka panjang, mempertahankan saham bisa menjadi pilihan lebih baik. Namun, bagi yang membutuhkan dana dalam waktu dekat, menjual dengan risiko kerugian perlu dipertimbangkan. “Keputusan terbaik bergantung pada kondisi pasar dan strategi keuangan investor,” tutur Saiful.
Dalam beberapa bulan ke depan, prospek pemulihan IHSG masih bergantung pada respons investor asing terhadap kondisi ekonomi global dan kebijakan pemerintah. Saiful menilai, kepastian dalam kebijakan fiskal dan regulasi pasar menjadi faktor utama dalam menarik kembali modal yang keluar. “Jika kondisi fiskal dan regulasi pasar dapat memberikan kepastian, arus modal asing bisa kembali, dan IHSG berangsur pulih,” tutupnya optimistis. (HUMAS ITS)
Reporter: Nadhifa Raghda Syaikha
Kampus ITS, ITS News — Mendekati Hari Raya Idul Fitri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali memfasilitasi sivitas akademika
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan eksistensinya di kancah global dengan menempati posisi
Kampus ITS, ITS News — Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar lima persen pada 18 Maret 2025 lalu
Kampus ITS, ITS News — Membawa perubahan baru dalam dunia teknologi kecerdasan buatan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan Sepuluh