Kehangatan suasana lebaran dengan mudik bersama keluarga untuk pulang ke kampung halaman (sumber: pinterest.com)
Kampus ITS, Opini — Setiap tahun, lebaran selalu identik dengan tradisi mudik. Bagi banyak perantau, momen ini menjadi waktu yang paling dinantikan untuk kembali ke kampung halaman, bertemu keluarga, dan merayakan Idulfitri dengan orang-orang tercinta. Namun, dibalik hiruk-pikuk perjalanan, esensi sejati dari pulang kampung sering kali terlupakan.
Mudik bukan sekadar ritual tahunan yang dilakukan karena kebiasaan. Lebih dari itu, mudik menjadi ajang untuk mempererat kembali hubungan yang mungkin renggang akibat kesibukan sehari-hari. Lebaran memberikan kesempatan berharga untuk berbagi kebahagiaan, memperbaiki silaturahmi, dan merasakan kembali hangatnya kebersamaan yang sering terlupakan.
Sejatinya, yang terpenting bukan hanya perjalanan fisik kembali ke kampung halaman, tetapi juga perjalanan hati dalam mendekatkan diri kepada keluarga dan meningkatkan rasa syukur. Momen ini mengingatkan kita bahwa esensi lebaran bukan terletak pada kemewahan perayaan, tetapi pada ketulusan berkumpul bersama orang-orang terkasih.
Selain itu, lebaran juga menjadi momen refleksi diri. Setelah satu bulan penuh menahan hawa nafsu dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, mudik seharusnya menjadi sarana untuk melanjutkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pulang kampung bukan sekadar pertemuan fisik, tetapi juga tentang membawa energi positif dan semangat kebersamaan ke dalam lingkungan keluarga.
Menariknya, tren mudik beberapa tahun terakhir menunjukkan perubahan yang cukup signifikan. Dengan meningkatnya fasilitas transportasi dan banyaknya program mudik gratis yang disediakan oleh pemerintah maupun instansi lain, perjalanan pulang menjadi lebih terjangkau dan nyaman. Ditambah dengan berbagai promo tiket dari maskapai, kereta api, hingga bus, para perantau kini memiliki lebih banyak opsi untuk kembali ke rumah tanpa harus terbebani biaya yang tinggi.
Ilustrasi antusias masyarakat akan adanya fasilitas mudik gratis yang disediakan berbagai lembaga (sumber: pinterest.com)
Namun, di tengah euforia mudik, penting untuk tetap memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan. Pemudik diimbau untuk memilih moda transportasi yang aman, mematuhi peraturan lalu lintas, serta memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan dengan bijak. Lebaran bukan hanya soal cepat sampai, tetapi juga tentang menikmati perjalanan dengan hati yang tenang.
Tidak hanya bagi para perantau, lebaran juga memberikan dampak bagi masyarakat di kampung halaman. Kedatangan keluarga yang merantau membawa kebahagiaan tersendiri dan menghidupkan kembali suasana kampung yang mungkin sepi di hari-hari biasa. Tak hanya itu, perputaran ekonomi di daerah juga meningkat, karena banyaknya pemudik yang berbelanja dan membelanjakan uang di kampung halaman.
Pada akhirnya, pulang di momen lebaran bukan hanya tentang melepas rindu, tetapi juga tentang menyadari bahwa keberadaan kita di tengah keluarga adalah anugerah yang tak ternilai. Dengan akses transportasi yang semakin mudah, semoga Lebaran kali ini membawa makna lebih dalam. Mudik bukan hanya sekadar tradisi, tetapi perjalanan hati yang penuh arti. (*)
Ditulis Oleh:
Nabila Rahadatul Aisy Koestriyaningrum
Departemen Sistem Informasi
Angkatan 2023
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News – Era digital mendorong perubahan bisnis yang lebih dari sekadar digitalisasi, melainkan transformasi menyeluruh operasi
Kampus ITS, Opini – Perayaan Hari Raya Idul Fitri tak pernah luput dari tradisi halalbihalal yang melekat pada budaya
Kampus ITS, Opini — Setiap tahun, lebaran selalu identik dengan tradisi mudik. Bagi banyak perantau, momen ini menjadi waktu
Kampus ITS, ITS News – Suasana khidmat menyelimuti Masjid Manarul Ilmi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) saat peringatan Nuzululqur’an