ITS News

Sabtu, 09 November 2024
15 Maret 2005, 12:03

Tiga Mahasiswi juara I LKTI

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Suasana gembira, haru, dan sedih menyelimuti acara penutupan pimnas. Tampak beberapa mahasiswa dari berbagai universitas atau Institut yang hadir dalam acara itu saling bersalaman atau berpelukan. Ini merupakan tanda masih kuatnya rasa persaudaraan antara mereka meski dipisahkan oleh waktu dan tempat.

Tak terkecuali, Agustina Rachmawardani, Dewi Puspasari, dan Lilik Anifah, ketiga mahasiswa Jurusan Teknik Fisika ini dinyatakan sebagai juara I untuk Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) bidang Ilmu pengetahuan alam. "Perasaan kami, senang sekaligus bangga menjadi pemenang. Padahal kami sebelumnya tidak akan menyangka akan menjadi pemenangnya. Soalnya teman-teman dari Universitas lainnya karya tulisnya kelihatannya juga bagus-bagus kalau dibandingkan kami," ungkap ketiga mahasiswa ketika ditanya perasaannya.

Karya tulis yang berjudul 'Pengolahan Sampah Rumah Tangga Sebagai Alternatif Energi Listrik' , merupakan studi literatur mengenai sampah yang diproses sehingga dapat menghasilkan energi listrik. Hal ini diketahui mereka bertiga ketika membaca literatur tentang biogas. "Awalnya kami kami sekedar baca-baca buku tentang biogas. Tetapi setelah mengetahui kalau sampah itu bisa diterapkan di negara-negara maju. Timbul keinginan kita untuk mengembangkannya di Indonesia," terang Dewi.

Namun tidak sembarang sampah yang dapat diproses, melainkan hanya sampah yang kering saja. Karena di Indonesia sampah yang ada masih bercampur antara sampah kering dan basah. Maka dilakukan proses pemilahan terlebih dahulu. Baru kemudian sampah-sampah kering itu di masukan dalam incinerator (tempat pembakaran sampah) antara suhu 800 sampai dengan 1110 derajat celcius. Kondisi panas inilah yang akan dapat memanaskan air dalam boiler menjadi energi listrik. "Proses dalam ini sebenarnya sama dengan PLTU," terang mereka saling bergantian.

Keunggulan teknologi ini jika diaplikasikan akan mengurangi dampak sampah bagi masyarakat. Dan dalam 100 ton sampah kering dapat menghasilkan 5 sampai 7 MW.Padahal sampah yang ada di negeri kita ini lebih dari 100 ton setiap harinya. Tentunya akan menghasilkan tenaga listrik yang lebih besar juga. "Hal ini sudah kita berikan kepada Gubenur beberapa hari yang lalu," jelas Rachma, panggilan Agustina Rachmawardani.

Ketiga mahasiswa ini berharap agar nantinya akan ada dana bantuan dari pihak yang berkait khususnya dalam bidang energi alternatif. Berapa kira-kira dana yang diperlukan ? Secara tidak langsung, Lilik menyatakan sangat mahal. "Untuk membeli Inceratornya saja diperlukan dana sekitar 1 Milyar."

Selain itu keberhasilan mereka ini juga akan dapat memotivasi dari mahasiswa-mahasiswa ITS lainnya agar dapat menunjukkan idea dan kreatifitasnya. "Sebenarnya, teman-teman di Lab sudah punya itu. Namun sekali lagi, kendala birokrasinya yang menjadikan mereka untuk enggan ikut dalam kegiatan seperti ini," kata ketiga mahasiswi ini setelah menceritakan pengalaman mereka ketika pertama kali mengajukan proposal.(rom/li)

Berita Terkait