ITS News

Minggu, 01 Desember 2024
08 Oktober 2015, 19:10

Gairahkan Kembali Industri Rotan di Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kedua pembicara tersebut adalah Prof Jan Armgardt dan Prof Auwi Stuebbe. Dalam presentasinya, Armgardt menjelaskan mengenai industri rotan di pasar Indonesia. "Masyarakat Indonesia masih memandang sebelah mata tentang industri rotan. Mereka menginginkan harga yang murah namun kualitas yang tinggi, hal tersebut sangat menjatuhkan industri rotan," ujar Armgardt yang sudah menyelami dunia rotan selama 30 tahun tersebut.

Tak hanya itu, suatu ketika Armgardt dan Stuebbe bertanya kepada salah satu masyarakat Indonesia tentang rotan. Justru bukan penjelasan mengenai rotan yang didapat, melainkan pertanyaan tentang apa itu rotan. Begitu mirisnya nasib industri rotan di Indonesia membuat kedua guru besar tersebut prihatin terhadap desainer-desainer rotan di Indonesia.

"Rotan tidak hanya digunakan sebagai furniture saja, namun bisa berfungsi dalam beberapa hal, misalnya saja dalam home decor atau ornamen ruangan," ujar Stuebbe. Tak hanya itu, Rotan bisa diwarnai dengan berbagai macam teknis, misalnya warna bold, natural, dan metalic. Rotan juga bisa dikolaborasikan dengan dua atau lebih material lainnya, misalnya dengan besi, nikel, kayu, dan metal sehingga terlihat lebih modern dan elegan.

Kuliah tamu tersebut terselenggara atas kerjasama BCIC dengan ITS. Tak hanya ITS, BCIC juga menghadirkan Pusat Industri Rotan Nasional (PIRNAS) sebagai asosiasi yang berkecimpung di dunia rotan. "BCIC mengundang PIRNAS untuk kedua kalinya melihat kesuksesan acara pertama dalam International Conference of Creative Industry (ICCI) yang dihelat oleh Despro Agustus lalu," ujar Dr Agus Windharto DEA, yang juga dosen Despro.

Selain kuliah tamu, panitia juga menyelenggarakan workshop rotan yang berlokasi di Sidoarjo. Workshop rotan mayoritas dimotori oleh mahasiswa Despro, dari trainer maupun peserta. "Kami ingin menggairahkan kembali industri rotan yang kini terpuruk. Selain itu, bahan baku kita melimpah karena pemerintah sudah melarang untuk ekspor rotan," ujar Agus. (oti/mis)

Berita Terkait