"Saya tidak percaya kebetulan," ungkap Abdul memulai ceramahnya. Ia melanjutkan dengan refleksi aksi heroik pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya. Tanggal itulah yang kemudian disematkan dalam nama Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Senada dengan itu, ia melanjutkan kisah perjuangan mereka di tanah Baitul Maqdis. "Kami harus belajar dari anda sekalian yang pernah melawan penjajahan selama 350 tahun. Di Baitul Maqdis, kami baru dijajah selama 100 tahun. Kamiberharap barokah Baitul Maqdis," tutur pria asal Turki tersebut.
Menurutnya Abdul, para mahasiswa mahasiswa ITS memiliki pemikiran lebih sistematis dibandingkan orang lain. Ia pun berharap, pemikiran demikian dapat digunakan untuk membantu orang lain.
Guru besar Universitas Sabahattin-Zaim Istanbul tersebut bercerita, putranya, Dr Khalid el-Awaisi, menggunakan ilmu sistematik sebagai teknisi untuk menyelesaikan konflik di Baitul Maqdis. Hal itu tak lain karena ia dibekali pola pikir sistematis ketika menempuh pendidikan mengenyam pendidikan Sarjana Teknik Mekanik.
Pria yang telah menjadi guru besar sejak 31 tahun silam tersebut menyampaikan materi tentang Masjidil Aqsha berdasarkan hasil riset yang telah dilakukannya. Menurtnya, di Indonesia, belum ada studi mengenai Baitul Maqdis. Ia berharap agar studi ini boleh dilirik di Indonesia. (mbi/ven)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali melantik 129 insinyur baru melalui Program Studi Program
Kampus ITS, ITS News — Kekeringan yang berkepanjangan berdampak pada kehidupan masyarakat. Menanggapi kondisi tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata
Kampus ITS, ITS News — Departemen Teknik Material dan Metalurgi (DTMM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar acara IGNITE
Kampus ITS, ITS News – Menerapkan penggunaan teknologi tepat guna, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Sepuluh Nopember