ITS News

Sabtu, 21 Desember 2024
15 Maret 2005, 12:03

Widya Purnama; Militansinya Dalam Mengawal Divestasi Indosat

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Usul Turun Gaji, Ancam Mundur, hingga Melekan

Sosok Widya Purnama makin bersinar. Namanya makin dihitung di pentas global seiring suksesnya divestasi 41,9 persen saham Indosat yang dimenangkan Singapore Technologies Telemedia (STT). Namun, di balik kecemerlangannya, dia sempat mengancam mundur dari kursi orang nomor satu Indosat. Mengapa?

DEDI SUPRIYADI, Jakarta

SENYUM simpul keluar dari wajah Widya Purnama usai Deputi Men BUMN Bidang Privtaisasi dan Restrukturisasi Mahmudin Yasin mengumumkan pemenang divestasi (pelepasan) 41,94 persen saham Indosat, Minggu lalu. Saat itu, pemerintah mengumumkan Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT) Singapura sebagai juragan baru Indosat.

Toh, meski demikian, kegembiraan itu tak langsung dia ungkapkan dengan penuh semangat. Itu tampak dari ucapan awal saat dia diberi kesempatan Mahmudin Yasin untuk ikut memberikan keterangan pers. "Pertama saya bersyukur karena proses divestasi Indosat akhirnya selesai," ucap Widya yang saat itu tampil santai mengenakan baju bermotif bunga.

Bagi Widya, proses divestasi Indosat merupakan lanjutan divestasi 8,1 persen saham perusahaan pada 16 Mei 2002 saat Indosat masih dipimpin Hari Kartana. Sebelumnya, Widya menjabat sebagai Dirut PT Electronic Data Interchange (EDI)–perusahaan patungan PT Pelabuhan Indonesia II dan PT Sisindosat (anak perusahaan Indosat). Dia mulai menjabat Dirut Indosat 20 Juni 2002, menggantikan Hari Kartana yang dilengserkan pemerintah lewat RUPSLB. Hari Kartana lengser menyusul heboh insider trading saham Indosat saat private placement 16 Mei.

Karena itu, Widya sempat ketir-ketir menerima estafet kepemimpinan Indosat. Sejak diumumkan Men BUMN Laksamana Sukardi pada akhir Agustus 2020, proses divestasi berjalan alot dan berliku. Banyak investor yang ikut penawaran, tapi hanya sedikit saja yang bergerak di bidang telekomunikasi.

Selama proses penawaran hingga final bid yang kelar pekan lalu, Widya menjalani kesibukannya sebagai Dirut Indosat dengan penuh harap-harap cemas. Dia berharap divestasi berjalan sukses tanpa meninggalkan gejolak. Tapi, juga cemas takut investor baru yang memegang kendali Indosat tidak cocok dengan budaya kerja perusahaan.

Hampir tiga bulan, hari-harinya dihabiskan dengan menghadiri rapat-rapat penting dengan tim divestasi Kementrian BUMN. Juga dengan para anggota DPR yang membidangi perhubungan dan telekomunikasi.

Semua itu, mau tak mau menuntut waktu dan kerja keras Widya Purnama sebagai Dirut. Yang paling santer adalah sorotan soal harga yang ditawarkan pemerintah kepada bidder harus di atas Rp 12.000 per saham. Harga itu dikhawatirkan beberapa kalangan tak mungkin tercapai. "Kalau sampai harga yang terjual akhirnya di bawah Rp 12.000 saya siap mundur," janji alumnus Fakultas Teknik Elektro ITS Surabaya (1978-1983) dan MM Institut Teknologi Bandung (1991-1992) ini.

Ini memang menjadi ciri khas Widya yang low profile. Sejak dicalonkan menjadi Dirut Indosat, dia memang tak terlalu berambisi. "No comment, itu kan wewenang Men BUMN," ujarnya. Bahkan ketika dia terpilih, lontaran yang dia ucapkan adalah meminta kepada jajaran direksi untuk rela berkorban dan kalau perlu turun gaji. Sikap low profile itu juga dia tunjukkan ketika beberapa kali "digoda" wartawan soal tantangannya untuk mundur.

Saat itu, ketika akan menghadiri rapat tertutup antara Men BUMN Laksamana Sukardi dengan anggota Komisi IV DPR RI di Gedung DPR/MPR, akhir November lalu, dia sempat ditanya wartawan jadi mundur atau tidak. Hanya senyuman kecil yang saat itu dia berikan. Tak hanya itu, suka dukanya menunggu penyelesaian proses divestasi selasai, beberapa kali dia harus begadang (melekan) bersama deputi Men BUMN untuk menuntaskan proses demi proses divestasi Indosat.

Memang, dia akhirnya tak jadi mundur karena STT sebagai pemenang divestasi Indosat berani menawar tinggi dengan memberi harga Rp 12.950 per saham. Kalau sebelumnya sempat dag dig dug, Widya kini plong karena proses divestasi Indosat selesai dan dia tak jadi mundur. Dia juga tidak turun gaji. Masuknya STT, malah boleh jadi akan menaikan gaji direksi dan karyawan.

Sebenarnya bukan itu yang menjadi tujuan akhir dari laki-laki kelahiran Pare-Pare, 26 Juli 1954. Meski divestasi Indosat selesai, dia masih sempat memikirkan karyawan Indosat Group yang saat ini mencapai 6.000 orang. Menurutnya, karyawan merupakan aset strategis yang kini dimiliki Indosat.

Usai pengumuman pemenang divestasi Indosat Minggu lalu, Widya mengatakan, dengan kepemilikan saham STT di Indosat memungkinkan karyawannya bisa menimba ilmu di Singapura. "Bisa saja ke depan karyawan-karyawan Indosat akan bisa bekerja di luar negeri. Ini merupakan salah satu dampak positif dari selesainya divestasi perusahaan," ungkapnya.

Widya merupakan pejabat karir di Indosat yang dikenal dekat karyawan. Naiknya ke puncak pimpinan Indosat saat itu agak melegakan sebagian besar karyawannya. Sebab, sebelum RUPSLB Indosat, 20 Juni, santer terdengar kabar bahwa calon dari luar kemungkinan besar akan terpilih. Banyak yang keberatan, antara lain Serikat Pekerja (SP) Indosat yang menyatakan akan menolak dipilihnya orang luar karena akan terjadi benturan kepentingan. (*)

Berita Terkait