ITS News

Selasa, 01 Oktober 2024
15 Maret 2005, 12:03

DINAMIKA UNTUK MAJUKAN BEM ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam lingkup keorganisasian mahasiswa, Setyo Martono pada mulanya hanya ingin fokus dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Karena sesuai dengan kompetensi dan keprofesian sebagai mahasiswa Teknik Sipil. Namun, berkat tanggapan baik dari berbagai organisasi seperti KAMMI 10 Nopember, JMMI ITS, Sentra, dan Hima Sipil sendiri, Martono memutuskan untuk terjun ke tingkat institut dengan menjadi calon presiden BEM ITS.

Dalam kepemimpinan, dia memiliki pandangan tentang pemimpin yang efektif. Dia menjelaskan, "Pemimpin yang efektif adalah yang mampu menerjemahkan tugasnya dengan perilakunya sebagai teladan," tambahnya. Dia membuktikan pernyataannya, untuk meningkatkan kegiatan yang intelektualitas, dirinya bisa menjadi juara beton mutu tinggi tingkat nasional.

Martono telah aktif dalam Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) sebagai ketua himpunan (kahima) periode 2003-2004. Dalam perjalanannya sebagai kahima tersebut, dia banyak menghadapi permasalahan, seperti unjuk rasa mahasiswa Teknik Sipil ITS kepada himpunan mereka dan pengunduran dirinya dari kursi kahima pada akhir periode jabatannya.

Bagi Martono, permasalahan tersebut bukanlah kegagalan, namun adalah proses dalam penyampaian target kepemimpinan dan tanggung-jawabnya. "Yang dinilai dan diusahakan adalah kesungguhan, berupa proses yang seprofesional mungkin. Seorang pemimpin harus memiliki keberanian untuk belajar, dan dalam belajar, gagal adalah wajar," jelasnya.

Menurutnya, unjuk rasa dan pengunduran diri yang dilakukannya adalah suatu dinamika yang bisa saja menimpa suatu organisasi semacam hima. "Dinamika hima tersebut bisa meningkatkan rasa memiliki para anggotanya." Dalam konteks ini khususnya, menurut Martono, adalah mahasiswa baru (maba) saat itu. Peristiwa itu, menurut Martono, menjadi semacam shock therapy bagi mahasiswa Teknik Sipil. Terbukti, sebelum pengunduran dirinya, calon kahima yang akan menggantikannya bertambah dari seorang menjadi tiga orang.

Sewaktu mengundurkan diri, Martono banyak menyinggung masalah pengkaderan dan maba 2003 yang saat itu menjadi tanggung jawabnya sebagai kahima. Dia berharap bisa menutupi kekurangan hasil pengkaderan, kondisi maba saat itu dianggapnya masih kurang dari ideal. "Sebenarnya tahapan pengkaderan 2003 sudah normal seperti Portal, camp, pendampingan, KPP, PraTD, dan TD," terangnya. Walaupun begitu, baginya masih belum sesuai harapan.

Walaupun begitu, Martono beranggapan bahwa HMS pada masa jabatannya banyak mengalami kemajuan. Seperti diadakannya kegiatan dan pelatihan keprofesian yang belum pernah diadakan periode sebelumnya

Selain itu, kemajuan itu juga dilengkapi dengan prestasi mahasiswa sipil, baik itu tingkat nasional maupun institusi pada periode kepengurusan hima yang diketuai Martono ini. Seperti mahasiswa berprestasi ITS tahun 2003 berasal dari Jurusan Teknik Sipil dan juara III Lomba Inovasi Beton Mutu Tinggi tingkat nasional. (mac/sep/tov)

Berita Terkait