Saat menjalani operasi atau rawat inap di rumah sakit, pasien mutlak harus dipantau kondisinya setiap saat. Penurunan suhu tubuh dan perubahan detak jantung sekecil apapun, sangat riskan terhadap nyawa pasien. Sayangnya, alat medis yang selama ini digunakan tergolong mahal. Hanya pasien kelas menengah ke atas lah yang sanggup memakai alat dan pelayanan kualitas terbaik. Dokter pun wajib datang ke tiap ranjang pasien untuk memantau langsung.
Membuat proses tersebut menjadi lebih mudah dan juga murah, adalah ide awalnya. Errik Hadi Setiawan, mahasiswa Teknik Fisika ’01 ini kemudian mengajak rekan-rekannya untuk mewujudkan idenya itu. Tak lama kemudian, bergabunglah Yudho Hadi S, Dwi Prasetyo Nugraheni MS dan Fahmy Al-Rasyid. Mereka pun mulai mendesain jaket kesehatan ini.
"Kita ingin membuat jaket untuk memantau kondisi pasien. Untuk sementara, yang akan diukur adalah suhu tubuh pasien, detak jantung dan tekanan darah. Kita juga terus mengembangkan ke arah monitoring variabel vital lain," ujar Yudho saat ditemui di Laboratorium Rekayasa Instrumentasi Teknik Fisika, Selasa (22/2).
Yudho kemudian menjelaskan alur kerja jaket yang terkomputerisasi secara online itu. "Jaket itu akan kita pasang ditubuh pasien yang sudah dilengkapi sensor, seperti LM 35 untuk suhu tubuh. Kemudian kita komputerisasi dan hasilnya dapat ditampilkan secara online di komputer milik dokter di ruang kerjanya. Dokter pun tahu persis kondisi pasien setiap saat dan tak perlu repot berhadapan langsung dengan sejumlah pasien yang ditanganinya dalam satu waktu," paparnya.
Ketika ditanya apakah jaket tersebut tidak membuat pasien gerah, Yudho pun memastikan akan mendesainnya senyaman mungkin. "Kita belum menentukan secara pasti bahan apa yang digunakan, tapi tentu kita cari bahan yang senyaman mungkin dan tidak menganggu gerak pasien," ungkapnya.
Jaket impian mereka pun bakal segera terwujud. Sebab melalui seleksi yang telah dilakukan terhadap puluhan ide penelitian yang dilakukan mahasiswa se-Indonesia, Dirjen Pendidikan Tingg (DIKTI) memilih ide mahasiswa Teknik Fisika ITS ini untuk dilanjutkan. DIKTI pun memberi dana sebesar 3,4 juta.
TETAP KEMBANGKAN WALAU SUDAH SEMESTER DELAPAN
Ide kelima mahasiswa Teknik Fisika untuk membuat jaket pasien yang terkomputerisasi ini telah mendapat dana penelitian dari DIKTI. Tanggung jawab untuk menyelesaikannya pun harus dilaksanakan. Namun jika melihat angka semester yang tengah mereka jalani, delapan, akankah mereka melanjutkannya dengan konsekuensi memperpanjang masa kuliah?
Ketika ditanya seperti itu, Yudho Hadi S pun tersenyum. "Iya sih, kita sudah semester delapan. Tapi saya, Dwi dan Fahmy masih baru ngajukan judul TA (tugas akhir,-red) ke jurusan, yang lainnya malah belum. Jadi masih ada waktu untuk lakukan penelitian dan menyelesaikan kuliah. Semester depan semoga sudah selesai dua-duanya" ujarnya sembari tersenyum lagi.(ftr/rin)
Kampus ITS, ITS News – Tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (KKN Abmas ITS) terus
Kampus ITS, ITS News — Mengantongi sertifikasi halal kini menjadi suatu kewajiban bagi suatu usaha, tak terkecuali Usaha Mikro, Kecil,
Kampus ITS, ITS News — Sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berkomitmen untuk menorehkan prestasi gemilang di kancah
Kampus ITS, ITS News – Kampus ITS, ITS News – Program One Pesantren One Product (OPOP) besutan Pemerintah Provinsi Jawa