ITS News

Senin, 30 September 2024
27 Maret 2006, 12:03

Aris Chandra Wijaya, Termuda dan Terbaik MAT 2006.

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sudah sepuluh tahun ajang Marlboro Adventure Team (MAT) digelar di Indonesia. Event ini berhasil mengundang banyak peserta, khususnya bagi para petualang untuk mengikuti berbagai tantangan. Bermula ingin menambah pengalaman dan menemui hal baru, Aris Chandra Wijaya, tertarik untuk mengikuti seleksi MAT 2006 yang diselenggarakan Desember tahun 2005 lalu.

Meski proses seleksi MAT 2006 tak mudah, mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan ITS ini tak sedikit pun mengurungkan niatnya dalam menjalani tantangan seleksi. Diawali dengan seleksi paling sederhana, pengisian formulir, sampai dituntut menaklukkan sepuluh tahapan tantangan yang dilaksanakan di Gunung Bromo selama dua hari, 9-11 Desember 2005, ia jalani dengan sungguh-sungguh.

Pertimbangan berbagai tantangan yang  berat dan harus diselesaikan dalam waktu singkat membuat Aris tak hanya mempersiapkan fisik untuk dapat lolos seleksi, ia juga dituntut memiliki persiapan mental dan pikiran. Kesepuluh tantangan tersebut antara lain, lari jarak pendek, bersepeda, interview, panjat pasir, kereta senduro, halang rintang, berkendara jip, berkuda, lari 5 kilo meter di pasir, dan bersepeda mengitari empat gunung yakni Gunung Bromo, Batok, Kursi, dan Widodaren.

“Wah memang luar biasa, saat itu para peserta memang tidak hanya diperas tenaganya, tapi pikiran dan mental benar-benar dibutuhkan. Medan berat dan udara yang dingin ketika itu dibutuhkan untuk pengkondisian ketika di Amerika nanti,” keluh Aris.

Setelah 45 peserta yang berasal dari penjuru nusantara tersebut berkompetisi di Gunung Bromo, akhirnya Aris bersama empat peserta lainnya berhasil membuktikan diri sebagai peserta lolos seleksi yang akan diberangkatkan ke Montana, Amerika Serikat pada 16 Februari 2006.

Dan tak sekedar lolos seleksi, pria yang sekaligus menjadi peserta termuda ini juga berhasil menyandang predikat peserta seleksi terbaik dari Indonesia.“Memang saat itu 80 persen peserta berasal dari mahasiswa, tapi kebetulan waktu itu saya adalah peserta paling muda yang tergolong peserta di bawah usia 25 tahun, dan peserta lainnya rata-rata mahasiswa semester atas, selebihnya udah pada kerja. Nah kebetulan lagi jurinya lagi baik sama saya, jadi ketika pengumuman seleksi saya dapat juara 1,” ujarnya seraya tersenyum.

Aris pun mengungkapkan bahwa ia banyak mendapatkan pengalaman selama dua minggu berada di negeri Paman Sam ini. Ia merasakan berbagai tantangan baru yang sebelumnya belum didapatkan di Indonesia, seperti ice climbing, jet ski, berkuda, ice ski, menembak dan dog sliding. Dan meskipun tidak begitu lancar dalam berbahasa Inggris, tidak menjadi hambatan bagi pria kelahiran Surabaya ini untuk berinteraksi dengan peserta dan instruktur asal luar negeri.

Kebanggaan tersendiri bagi anak pertama dari tiga bersaudara ini untuk mampu membawa bendera ITS berkibar di Montana, Amerika Serikat. Bagi Aris, hal ini adalah impian yang menjadi kenyataan. Karena sejak SMP, mendaki gunung sudah menjadi hobinya.

Prestasinya pun bertambah saat Aris dinobatkan sebagai peserta terbaik diantar peserta lainnya di MAT 2006. Ia berhasil melewati kondisi suhu yang mencapai minus 30 derajat dengan baik. "Instruktur MAT memilih saya menjadi peserta terbaik, katanya selain saya peserta termuda, saya juga adalah peserta yang postur tubuhnya paling kecil. Tapi mereka menghargai semangat saya. Sayangnya ketika itu nggak ada penghargaan secara simbolis, hanya saja saya dikasih uang beberapa dolar yang akhirnya saya gunakan buat beli oleh-oleh,” kenang Aris.

Menjadikan dirinya manusia yang bermanfaat bagi orang lain menjadi motto hidup yang telah lama dipegang oleh Aris. Karena itu hingga saat ini, ia tetap setia mendedikasikan dirinya sebagai pengurus divisi diklat Pecinta Lingkungan Hidup (PLH) ITS. “Sederhana memang, namun butuh perjuangan yang luar biasa untuk bisa bermanfaat bagi orang lain utamanya untuk membahagiakan orang tuaku,” tambah Aris. (han/ftr)

Berita Terkait