ITS News

Minggu, 29 September 2024
11 September 2006, 17:09

Prof Achmad Rosyadi, Praktekkan Ilmu lewat Nge-Band

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tentu kehadiran Dokar Band erat kaitannya dengan sosok guru besar yang akan dikukuhkan, Prof Achmad Rosyadi. Guru besar kelahiran Sampang, 28 April 1950 ini memang punya hobi berat nge-band. Minimal seminggu sekali ia menyempatkan diri bermain band bersama-sama dosen, karyawan dan bahkan mahasiswa.

“Saya memang suka nge-band untuk menghilangkan kejenuhan sekaligus mau mempraktekkan tentang ilmu yang saya tekuni, katalis. Saya punya keyakinan bermain band merupakan bagian dari katalis kehidupan yang harus dijalankan, untuk menyeimbangkan dan menjadi penawar kehidupan,” katanya.

Diakui Achmad Rosyadi, ia memang rutin semingu sekali menyempatkan diri untuk latihan band di kampus. “Rasanya semuanya akan bisa lebih cair setelah main band. Di tengah kesibukan kerja di laboratorium, bermain band merupakan cara untuk menghilangkan kejenuhan. Itulah yang saya lakukan seminggu sekali tiap rabu sore di kampus,” kata Pembina Unit Kegiatan Musik Mahasiswa ITS ini.

Diungkapkan ayah berputra dua ini, meski ia sering berkolaborasi dengan para dosen, karyawan dan mahasiswa, hingga kini ia belum berkesempatan tampil dengan dua putranya yang juga punya hobi bermain musik. “Di rumah saya punya studio sendiri lengkap dengan alat musik. Tapi hingga saat ini saya belum bisa tampil bersama anak-anak saya, mungkin karena seleranya berbeda,” tutur pencinta berat lagu-lagu Koes Plus ini.

Doktor lulusan Perancis ini mengakui bahwa dalam perjalanan kehidupannya selama ini secara kebetulan selalu menjalankan fungsi sebagai katalis, sebagaimana ilmu yang ditekuninya. Saat rencana pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di pulau Madura digulirkan misalnya, sosok Rosyadi berada di tengah sebagai katalis yang berfungsi untuk menghubungkan antara kepentingan pemerintah dan masyarakat. “Bagi saya, PLTN ini kedepannya memang sangat menjanjikan sebagai sebuah energi alternatif. Tapi sebagai putra Madura, saya juga tidak bisa menerima atau menolak begitu saja terhadap rencana itu. Harus ada persyaratan-persyaratan yang ketat untuk menuju pembangunan PLTN. Tidak hanya persyaratan teknis, tapi juga budaya masyarakat,” katanya.

Masyarakat Madura, katanya menambahkan, harus dididik untuk disiplin karena memang teknologi PLTN mensyaratan kedisiplinan tinggi. “Kalau soal bahaya, itu merupakan resiko, tapi sepanjang kita mampu menguasai teknologinya, saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Apalagi kini teknologinya sudah makin baik. Di Perancis, beberapa kali saat saya kuliah di sana mengunjungi pusat-pusat nuklir, dan itu tidak ada masalah,” kata Rosyadi yang akan menyampaikan pidato pengukuhannya tentang Reaksi Katalis dan Energi, bagian dari pengembangan energi alternatif.   

Tentang pidato pengukuhannya, Rosyadi menjelaskan, material dan energi adalah sesuatu yang bisa dipertukarkan. “Selama ada material tetap ada energi. Tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya,” katanya. (Humas/ftr)

Berita Terkait