ITS News

Minggu, 29 September 2024
13 September 2006, 11:09

Roy Nugroho: Sempat Trauma Melihat Komputer

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Siapa sangka, jika ada wisudawan cumlaude ITS yang mengaku masih merasa salah jurusan menjelang akhir masa studinya. Dialah Roy Nugroho yang akrab dipanggil Roy. Mahasiswa Teknik Informatika berperawakan tinggi dengan rambut cepak ini, saat ditemui ITSOnline di ruang baca Perpustakaan Senin (11/9) ini mengatakan juga heran perihal prestasinya itu. ”Saya juga heran, kok akhirnya cumlaude, karena saat semester enampun, saya masih merasa salah jurusan,” ujarnya kalem.

Mengenai salah jurusan, Roy mengatakan, saat SMA dia sebenarnya lebih tertarik meneruskan kuliah di Teknik Industri. ”Setiap kali ada try out SPMB, saya selalu memilih jurusan Teknik Industri ITB dan ITS, dan selalu lolos. Tapi saat menjelang SPMB, saya justru mengikuti saran kakak dan orang tua saya memilih jurusan Teknik Informatika,” kata putra bungsu dari Dra Jennie Chriswatie ini.

Kesulitan beradaptasi sempat dialami mahasiswa kelahiran Kediri, 14 September 1984 ini. Dikisahkannya, saat semester pertama, ia sangat disibukkan dengan aktifitas pengkaderan di jurusan maupun institut. ”Selama masa pengkaderan, juga banyak tugas-tugas dari dosen dan itu berkaitan dengan komputer. Sampai-sampai, di kos saya sempat trauma melihat komputer,” katanya. Trauma itu, katanya kemudian, berangsur angsur hilang seiring bertambahnya masa studinya.

Diakui Roy, dalam bidang IT terlebih programing, ia memang tidak terlalu jago dibandingkan teman-temannya. Bahkan, dia sempat mengulang pada praktikum jaringan komputer. ”Hanya saja start saya bagus. IP cumlaude pada semester awal memicu saya untuk terus bertahan. Saya berpikir jika saya pindah jurusan, saya hanya akan rugi waktu,” kata alumni SMA Negeri 2 Kediri ini.

Meski lemah di programming, Roy tidak gentar. Saat penjurusan bidang keahlian, Roy memilih Sistem Cerdas. ”Saya memilih bidang keahlian itu karena merasa saya kuat di matematika dan konsep analisis,” katanya.

Selain peraih IPK tertinggi, mawapres utama FTIf ini dikenal sebagai mahasiswa yang langganan presentasi tiap kali ada tugas dari dosen. Komunikatif, ramah dan supel, itulah gambaran sosok Roy. Beberapa organisasi kemahasiswaan juga pernah ia ikuti. Sebut saja jabatan koordinator Bidang Riset dan Teknologi Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika ITS, Wakil Ketua Persekutuan Mahasiswa Kristen ITS, pernah ia sandang.

”Menurut saya kuliah memang tidak sekadar belajar mata kuliah saja. Berorganisasi dan bersosialisasi itu penting, tapi juga harus berani ambil resiko untuk belajar ekstra,” kata mahasiswa yang pernah tidak tidur seharian mengerjakan tugas kuliah sebagai konsekuensi kesibukannya berorganisasi.

Peraih score TOEFL 550 ini juga berbagi tips terkait prestasi cumlaudenya. Dikatakannya, apapun yang sedang dilakukan, haruslah berusaha sebaik mungkin. ”Prinsip saya let us do the best, and god do the rest,” ungkap finalis LCEN 2006 di bidang telematika ini.

Ditanya rencananya ke depan, Roy mengatakan akan bekerja terlebih dahulu kemudian melanjutkan studi. Mengenai bidang pekerjaan yang akan ditekuni, penghobi musik ini menjawab dengan tersenyum. ”Saya cenderung ingin berkarir di bidang manajemen, seperti perbankan,” katanya.(asa/rin)

Berita Terkait